Assisi (St. Fransiskus)

St. Fransiskus
KRONOLOGI PERJALANAN HIDUP SANTO FRANSISKUS ASSISI
1182    : Lahir di Assisi dengan orang tua bernama : Pietro Bernardone dan Madonna Pica
1205    : Pertobatannya
1206    : Dicabut hak warisnya oleh ayahnya
1210    : Ordo Fransiskan disahkan
1219    : Berkotbah tentang perdamaian dan kebaikan di Mesir di antara pejuang-pejuang salib dan orang-orang muslim.
1224    : Menerima karunia stigmata di Gunung La Verna (Arezzo)
1225    : Meninggal di Gereja Santa Maria Degli Angeli (Assisi)
1228    : Kanonisasi di Assisi
1229    : Peletakan batu pertama bagi sebuah gereja yang baru
1230    : Memindahkan makam dan tubuhnya di dalam Basilika yang baru
1978    : Pengakuan reliqui-reliqui dan kunjungan Paus Yohanes Paulus II
HIDUP ST. FRANSISKUS ASSISI (1182 – 1226) :

Giovanni Francesco Bernardone lahir di Assisi, daerah pegunungan Umbria, Italia Tengah pada tahun 1182. Ayahnya, Pietro di Bernardone, seorang pedagang kain yang kaya raya, sedangkan ibunya Yohana Madonna Pica, seorang putri bangsawan Picardia, Perancis. Ia dipermandikan dengan nama “Giovanni Francesco Bernardone” tetapi kemudian lebih dikenal dengan nama “Francesco” karena kemahirannya berbahasa Perancis yang diajarkan ibunya.

Ia sangat dimanjakan ayahnya sehingga berkembang menjadi seorang pemuda yang suka berfoya-foya dan pemboros. Pengalaman pahit ditangkap dan dipenjara selama satu tahun dalam perang saudara antara Assisi dan Perugia ketika berumur 20 tahun menandai awal hidupnya yang baru. Ia tidak tertarik lagi dengan corak hidup lamanya yang penuh kemewahan, sebaliknya ia lebih tertarik pada corak hidup sederhana dan miskin sambil lebih banyak berdoa di gereja, mengunjungi orang-orang di penjara dan melayani orang-orang miskin dan sakit.

Ketika sedang berdoa di gereja San Damiano di luar kota Assisi, ia mendengar suara yang keluar dari Salib Yesus : “Fransiskus, perbaikilah rumahKu yang hampir rubuh ini !” Fransiskus tertegun sebentar lalu dengan yakin mengatakan bahwa suara itu adalah suara Yesus sendiri. Tanpa banyak pikir dia mengambil setumpuk kain mahal dari gudang ayahnya, kemudian menjual dan hasilnya diberikan kepada pastor paroki San Damiano untuk memperbaiki gereja tersebut, tapi pastor menolaknya. Ayahnya marah besar dan mengurungnya dalam sebuah kamar. Setelah dibebaskan ibunya ia kembali ke gereja San Damiano, namun ayahnya menyusul dan meminta Fransiskus mengembalikan uangnya. Karena uang tersebut sudah dibagikan kepda orang miskin, ayahnya minta bantuan Uskup Assisi agar Fransiskus mengembalikan uang tersebut. Di hadapan Uskup Assisi, ia melucuti pakaian yang dikenakannya karena pakaian itu milik ayahnya. Sejak itu hanya Tuhanlah yang menjadi ayahnya. Uskup memberikan sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang, inilah pakaian para gembala domba dari Umbria yang kemudian menjadi pakaian para biarawan Fransiskus.

Fransiskus tidak kecut dan sedih dengan semua yang terjadi atas dirinya, sehari-hari ia mengemis sambil berkotbah di sekitar gereja San Damiano. Ia menolong orang miskin dan penderita lepra dengan uang yang diperolehnya. Kalau berbicara tentang nasehat-nasehat  Injil, ia menggunakan bahasa lagu-lagu cinta dan puitis. Ia disebut dengan nama “Il Poverello” (si lelaki miskin). Pada tahun 1209 cara hidupnya ini menarik Berardus Guantevale, Petrus Katana dan Giles. Bersama ketiga orang tersebut, Fransiskus membentuk sebuah ordo yaitu “Ordo Saudara-Saudara Dina” atau Ordo Fransiskan. Klara, seornag gadis Assisi bergabung  bersamanya. Bagi Klara, Fransiskus mendirikan sebuah perkumpulan khusus. Itulah awal dari konggregasi Suster-suster Fransiskanes atau ordo kedua St. Fransiskus.

Fransisku ditahbiskan menjadi diakon dan tidak mau ditahbiskan menjadi imam. Ia menekankan kemiskinan absolut bagi para pengikutnya waktu itu, dan sebagai tambahan pada ketiga kaul ia menekankan juga penghayatan semangat cinta persaudaraan dan keserhanaan hidup. Ordo Benedictine memberi mereka sebidang tanah. Demi sahnya komunitas yang dibentuknya dan aturan hidup yang disusunnya, pada tahun 1210 ia minta restu kepada Sri Paus Innosensius III (1198-1216). Awalnya Paus menolak, namun pada suatu mimpinya Paus melihat tembok Basilika Santo Yohanes Lateran (Katedralnya kota Roma) hendak rubuh dan Fransiskus menopang dengan bahunya, akhirnya Paus memberi restu bagi kelompok Fransiskus.

Lagi-lagi Ordo Benedictine membantu Fransiskus, melalui Abbasnya mereka menyerahkan Kapela Ratu Para Malaikat di Portiuncola. Kemudian pondok-pondok kecil dibangun di sekitar kapelasebagai tempat tinggal mereka yang pertama. Chiusi, seorang tuan tanah juga memberikan sebidang tanah di  atas bukit La Verna yang dijadikan Fransikus sebagai tempat berdoa dan bermeditasi.

Semangat mempertobatkan orang-orang muslim di belahan dunia timur semakin membara. Musim gugur tahun 1212, ia dan seorang temannya berangkat ke Syria, namun mengalami kegagalan akibat kapalnya karam.Rencana selanjutnya untuk pergi ke Maroko melalui Spanyol juga gagal karena ia menderita sakit. Pada tahun 1219, bersama 12 orang temannya, mereka mendarat di Damaieta, delta sungai Nil Mesir. Di sana ia bergabung dengan pasukan Perang Salib. Namun sial, ia ditawan oleh Sultan Mesir. Fransiskus mencoba untuk mempertobatkan Sultan Mesir tetapi gagal dan akhirnya ia pulang kembali ke komunitasnya di Italia.

Selama beberapa tahun ia menyempurnakan aturan hidup komunitasnya, dan mendirikan Ordo Ketiga Fransiskan. Ordo ini khusus bagi orang awam yang ingin mengikuti cara hidup dan ajarannya namun tetap mengemban tugas sebagai bapak – ibu keluarga atau tugas kemasyarakatan lainnya. Anggotanya juga diwajibkan berkaul kemiskinan dan kesucian hidup. Kelompok ini lazim disebut”Tertier” dan bertugas melakukan perbuatan-perbuatan baik di dalam keluarga dan masyarakat.

Ordo Fransiskan ini berkembang dengan pesat dimana pada tahun 1219 jumlahnya sudah mencapai 5000 orang. Maka pada tahun 1222, Paus Honorius III (1216 – 1227) secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan beserta aturan hidupnya. Pada upacara malam natal tahun 1223 Fransiskus menghidupkan kembali Gua Bethlehem dengan gambar-gambar sebesar badan. Penghormatan kepada kanak-kanak Yesus dipopulerkan oleh Fransiskus bersama para pengikutnya.

Pada umur 43 tahun, ketika sedang berdoa di La Verna, ia mendapatkan “Stigmata” yaitu luka-luka seperti luka Yesus di atas kayu salib. Semenjak peristiwa itu ia mengenakan sepatu dan menyembunyikan tangan di balik jubahnya. Fransiskus dijuluki  “Sahabat Alam Semesta” karena cintanya yang besar  dan dalam terhadap ciptaan Tuhan. Ia dapat berbincang-bincang dengan semua ciptaan seperti layaknya dengan manusia.

Lama kelamaan kesehatan Fransiskus menurun dan matanya mulai kabur. Dalam kondisi ini ia menyusun karyanya yang besar “Gita Sang Surya” yang melukiskan tentang “keindahan saling mengampuni”. Ketika terjadi pertikaian antara Uskup dan Penguasa Assisi, Fransiskus diminta untuk mendamaikan mereka. Lalu ia mengutus dua orang rekannya untuk menyanyikan lagu “Gita Sang Surya” yang telah ditambahi bagian tentang “keindahan saling mengampuni” di hadapan mereka yang bertikai.Ketika mendengar lagu itu maka Uskup dan Penguasa Assisi langsung berdamai tanpa banyak bicara.

Menjelang tahun-tahun terakhir hidupnya, ia mengundurkan diri. Sebab diantara ordonya terjadi selisih paham mengenai penghayatan hidup miskin seperti yang dicintai dan dihayatinya sendiri. Pada tanggal 3 Oktober 1226 dalam umur 44 tahun, Fransiskus meninggal dunia di Kapela Portiuncola. Dua tahun kemudian ia langsung dinyatakan kudus oleh gereja. Ketika dia meninggal para pengikutnya yang berjumlah ribuan telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Dialah pendiri Ordo Saudara-Saudara Dina (OFM).

Dia adalah seorang pemimpin kharismatis yang tidak pernah lagi ditemukan dalam sejarah. Tetapi di lain pihak St. Franciscus Assisi sendiri tidak pernah bermaksud menjadi “model”, tetapi dengan sangat rendah hati minta kepada semua orang untuk hidup dalam iman yang bersumber dari Kitab Suci, membuka dirinya 

sendiri bagi misteri Allah dan manusia, menjadi sadar akan kehadiran Tuhan yang terus menerus dalam sejarah kehidupan manusia.

BASILIKA (ST. FRANSISKUS ASSISI) :

Komplek Basilika Assisi begitu terkenal pertama-tama karena spiritualitas kemudian juga karena arsitektur dan lukisan-lukisannya peninggalan abad ke 13 & 14. Tipe bangunannya adalah Italian Gothic. Basilika ini terdiri dari 3 tingkat. Perhatian kita terpusat di tingkat paling bawah (cript) dimana terdapat makam St. Fransiskus Assisi yang terletak di belakang altar sebelah atas. Mula-mula Sarchopagus tersebut dikuburkan di bawah altar 25 Mei 1230 sesudah selama 4 tahun dimakamkan di Kapel St. George. Dan dipindahkan ke tempat seperti sekarang ini pada tahun 1932.

GEREJA SANTA MARIA DEGLI ANGELI :

Terletak kurang lebih 4 km dari Gereja St. Fransiskus Assisi. Di dalam Gereja tersebut ada Kapel Porziuncola, sebuah tempat yang amat dicintai oleh St. Fransiskus Assisi dan juga tempat dimana dia menerima rahmat-rahmat khusus. St. Fransiskus amat meyakini bahwa tempat ini adalah tempat yang amat kudus, tempat tinggal Kristus dan Ibu Maria, ibuNya. Di sini jumlah anggota ordo mereka dilipatgandakan oleh Tuhan. Di sini Dia membuat jiwa kemiskinanNya bersinar dengan cahaya kebijaksanaan. Di sini siapa saja yang berdoa dengan  hati yang sungguh-sungguh, akan memperoleh apa yang dia minta. Oleh sebab itu St. Fransiskus mengingatkan kita / para muridnya untuk selalu  menghormati tempat ini secara pantas (FF n. 1780).

Pada awalnya Porziuncola adalah sebuah kapel milik Benedictin dari biara San Benedetto di Mt. Subasio. Kapel itu lama ditinggalkan dan St. Fransiskus memperbaikinya. Sesudah St. Fransiskus wafat berbagai macam bangunan kecil bermunculan mengelilingi tempat tersebut. Namun abad ke 16 Paus Pius V menyuruh membangun Basilika Besar untuk melindungi Porziuncola dan sekaligus dapat dipakai oleh para peziarah yang terus berdatangan untuk berdoa. Basilika tersebut didesign oleh Perugino Galeazzo Alezzi. Mulai dibangun pada tahun 1568 dan diselesaikan pada tahun 1684. 

Porziuncola adalah gereja ketiga yang diperbaiki oleh St. Fransiskus sesudah San Damiano dan San Pietro della Spina, hasil dari mendengarkan suara dari Salib di Gereja San Damiano.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *