Daerah sekitar Golgota
Setelah dijatuhi hukuman mati, Yesus keluar dengan memikul sendiri salibnya ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak. Di dalam bahasa Ibrani disebut Golgota (Yoh 19:17). Golgota pada waktu itu terletak di luar kota Yerusalem, tetapi tidak jauh dari temboknya dan agak berdekatan dengan sebuah gerbang yang dilalui para pejalan. Dalam surat kepada orang Ibrani dikatakan : Yesus juga mati di luar pintu gerbang kota untuk membersihkan umatnya dari dosa dengan darahNya sendiri (Ibr 13:12). Dalam Injil Yohanes dicatat pula, Di tempat Yesus disalibkan ada sebuah taman. Di dalam taman itu ada sebuah kuburan baru, yang belum pernah dipakai untuk penguburan orang. Karena kuburan itu dekat, dan hari Sabat hampir mulai, mereka menguburkan Yesus di sana (Yoh 19:41-42). Namun dewasa ini, bentuk asli Golgota serta tempat Yesus dimakamkan tidak dapat disaksikan lagi, akibat berbagai gedung yang dibangun di situ selama 20 abad. Dalam Injil, Golgota tidak pernah dinamakan gunung / bukit, tetapi selalu tempat saja. Nama Golgota bukan hanya nama tempat berdirinya Salib Yesus, melainkan juga nama tanah milik Yusuf dari Arimatea. Secara tradisional Golgota memang disebut bukit. Kapel Kalvari terletak 5 m lebih tinggi dari lantai Basilika Makam Suci sekarang. Di sebelah barat bukit kecil di zaman dulu itu terdapat taman yang terletak di daerah bekas tambang batu. Dalam salah satu dinding batu itu, Yusuf dari Arimatea membuat makam bagi keluarganya.
Bentuk Makam Yesus
Sesuai dengan kebiasaan Yahudi, makam bagi jenazah Yesus terdiri dari dua gua yang disatukan dengan sebuah pintu tengah berukuran kecil. Gua pertama berperan sebagai ruangan untuk menampung sanak saudara yang datang meratapi almarhum. Dalam gua kedua ditaruh jenazah. Pintu masuk makam ditutup dengan sebuah batu bundar yang dapat digulingkan ke samping berkat adanya sebuah parit kecil khusus di bawah batu itu.
Sejarah tempat-tempat suci di Golgota
Bukit Golgota sendiri, tempat Yesus disalibkan, serta makam Yesus, sejak dahulu kala dipandang oleh umat Kristen sebagai tempat-tempat suci. Justru karena itulah 100 tahun sesudah Yesus disalibkan, Kaisar Hadrianus yang bersikap sangat anti Kristen, menyuruh menutupinya dengan bangunan Kapitol. Demikianlah keadaannya hingga awal abad IV. Pada tahun 326, setahun sesudah Konsili Nikea, tempat-tempat suci itu dibuka kembali setelah bangunan-bangunan Roma dirubuhkan. Lalu, pada tahun 335 didirikan sebuah basilika indah yang disebut Basilica Constantina (dari nama Kaisar Konstantinus). Basilika yang pertama itu terdiri dari 3 bagian : [1] Anastasis, yaitu bangunan makam kosong dalam bentuk rotunda, [2] Taman Yusuf dari Arimatea berbentuk pelataran (Kalvari ada di sudut selatannya); [3] Martyrion, yaitu basilika luas untuk liturgi. Berkat laporan-laporan peziarah zaman dulu dan berkat penggalian, bentuk basilika pertama itu diketahui dengan baik. Boleh disyukuri bahwa pada waktu mendirikan kuil demi penghormatan dewa-dewa Romawi di tempat Kalvari, Kaisar Hadrianus tidak meratakan gunung batu, dimana pada waktu itu masih terdapat banyak kuburan kuno. Ia hanya sedikit meratakan daerah itu, lalu menimbuninya dengan banyak tanah. Dengan demikian selamatlah semua kuburan kuno itu. Bangunan basilika yang didirikan oleh Kaisar Konstantinus mengalami kerusakan berat pada tahun 614, ketika Yerusalem diserang oleh tentara Khosroes II dari Persia. Tidak lama kemudian bangunan itu diperbaiki berkat sumbangan umat Kristen. Dalam abad IX, tepatnya pada tahun 1009, bangunan itu dirusak lagi atas perintah Kalif Al-Hakim. Rekonstruksinya selesai pada tahun 1048, tetapi bentuknya tidak pernah seperti dulu. Para pejuang Perang Salib memasuki kota Yerusalem pada tanggal 15 Juli 1099. Mereka tidak senang dengan bentuk basilika, sehingga mulai mengubahnya. Mereka menyelesaikan pekerjaan itu pada tahun 1149. Basilika Makam Suci luput dari banyak kerusakan berkat usaha giat para biarawan OFM yang dua kali mengadakan renovasi-renovasi besar-besaran, tepatnya pada tahun 1555 dan 1719. Pada tahun 1808, bagian Basilika Makam Suci yang diurus oleh Gereja Ortodoks Yunani, rusak berat karena kebakaran. Bagian itu dibangun kembali, tetapi banyak unsur (kapel, kuburan, dekorasi, tulisan-tulisan Latin) yang berhubungan dengan Gereja Katolik, disingkirkan sehingga hasil renovasinya sangat mengecewakan. Gempa bumi pada tahun 1927 sangat memperlemah konstruksi lama, sehingga seluruh bangunan terpaksa diperkuat secara darurat dengan besi. Usaha renovasi berlangsung sampai sekarang.
Status tempat-tempat suci di Golgota
Sejak dahulu kompleks suci di Golgota diurus oleh beberapa denominasi Kristen. Namun satu pun dari mereka sejak dulu tidak pernah mengurus hak miliknya, sehingga sampai sekarang berlaku ketetapan Sultan dari tahun 1757. Dalam ketetapan itu ditegaskan bahwa tidak boleh diadakan perubahan apapun dalam hak pemilikan maupun dalam pelaksanaan ibadah. Pada masa kini Basilika Makam Suci diurus oleh Gereja Katolik (OFM), Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Armenia. Ketiga denominasi ini memiliki kediamannya sendiri serta kapel-kapel sendiri dan sekaligus menjadi pemilik bersama bagian-bagian utama basilika, di mana secara bergilir dan pada jam-jam tertentu (siang dan malam) diadakan ibadah. Wakil-wakil Gereja Yakobit dari Siria dan Gereja Etiopia boleh mengadakan ibadahnya pada hari-hari raya saja. Gereja Kopt memiliki sejumlah ruangan dan berhak mengadakan ibadah dalam kapelnya sendiri di belakang kapel Makam Suci pada hari-hari tertentu saja. Hak masing-masing denominasi berkaitan dengan pemakaian lampu, benda-benda gerejawi, lukisan dan kaki dian, khususnya dengan reparasinya. Status quo ini bertahun-tahun lamanya melumpuhkan segala usaha yang bertujuan merenovasikan obyek-obyek suci itu secara menyeluruh.
Halaman depan Basilika
Halaman Basilika Makam Suci panjangnya 25 m dan lebarnya 17 m. Di sebelah barat / kiri halaman itu ada 3 kapel, yaitu : Kapel St. Yakobus (untuk ritus Bizantium Arab), Kapel St. Yohanes dan Kapel 40 Martir Suci. Di sebelah timur / kanan halaman ada : Biara Ortodoks Yunani St. Abraham, Kapel St. Yohanes untuk umat Armenia dan Kapel St. Mikhael untuk umat Kopt. Di sebelah barat menjulang menara lonceng yang didirikan pada tahun 1160-1180. Di sebelah kiri ada pula 8 anak tangga yang membawa peziarah ke kapel Bunda Maria Berdukacita (milik OFM). Hak menjaga pintu masuk halaman sejak tahun 1246 ada di tangan 2 keluarga Islam; yang satu menyimpan kuncinya, sedangkan yang lain berhak membuka pintu.
Batu pengurapan jenazah Yesus
Langsung setelah masuk basilika, peziarah berhadapan dengan sebuah batu berwarna merah muda (panjangnya 2.70 m, lebarnya 1.30 m, tingginya 0.30 m) yang diletakkan hampir rata dengan lantai. Batu itu mengenang peristiwa pengurapan jenazah Yesus yang dilakukan oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus terhadap jenazah Yesus. Sesuai dengan adat Yahudi, mereka mengurapinya dengan wangi-wangian dan minyak, lalu membungkusnya dengan kain kafan putih (bdk. Yoh 19:38-40). Kini batu pengurapan itu menjadi milik bersama Gereja Katolik, Ortodoks Yunani, Armenia dan Kopt. Masing-masing denominasi di sini memiliki 8 lampu dan kaki dian yang berdiri di sekeliling batu tersebut. Kaki dian bertuliskan Venezia 1878 dimiliki oleh Gereja Katolik. Dalam Injil tercatat bahwa upacara penurunan, pengurapan dan pemakaman jenazah Yesus disaksikan oleh beberapa wanita saleh. Tempat mereka berdiri, ditandai dengan sebuah batu bundar yang terletak 12 m dari batu pengurapan tadi. Batu ini milik Gereja Armenia. Berdekatan dengan batu bundar itu ada tangga yang membawa peziarah ke lantai atas; di situ ada kapel dan sebuah ruangan tinggal milik Gereja Armenia pula.
Anastasis ( Kebangkitan )
Setelah melewati batu bundar tadi, peziarah belok kanan, melewati dua tiang besar, lalu memasuki bagian yang dinamakan Anastasis. Di bagian pusatnya terletak Kapel Makam Suci yang sekaligus merupakan Stasi XIV Jalan Salib (Yesus dimakamkan). Kubah di atasnya, yang berkonstruksi baja, berasal dari tahun 1868. Kapel ini panjangnya 8.30 m. Lebar dan tingginya sama, yaitu 5.90 m. Di dalam kapel terdapat banyak lampu perak. Pada bagian masuknya tergantung tiga lukisan yang menggambarkan kebangkitan Yesus. Yang pertama, paling atas, adalah milik Gereja Katolik, yang kedua, dimiliki oleh Gereja Ortodoks, dan yang ketiga – oleh Gereja Armenia. Setelah masuk ke dalam, peziarah berada di Kapel Malaikat (3.40m x 3.90 m). Sebab pada hari kebangkitan, malaikat Tuhan sambil duduk di atas batu yang sudah terguling, menyampaikan kepada para wanita berita tentang Yesus yang sudah bangkit. Setelah masuk kdalam lagi, peziarah melewati pintu sempit (tingginya 1.33 m) yang mengantarkan ke dalam Kapel Makam Suci yang sebenarnya. Ukurannya : 2.07 m x 1.93 m. Bangku marmer di sebelah kanan pangjangnya 2.02 m, 93 cm lebar dan 66 cm tinggi. Inilah tempat jenazah Yesus diletakkan. Batu cadas yang asli kini ditutup dengan marmer. Pada altar marmer kecil di tengah gang, liturgi dirayakan pada pukul 13.00 oleh wakil Gereja Ortodoks. Oleh Gereja Armenia, liturgi suci dirayakan pada pukul 14.00. Pada pukul 16.00-17.00 misa meriah dirayakan oleh wakil Gereja Katolik (OFM). Ketiga denominasi ini menjaga Kapel Makam Suci. Masing-masing memiliki lukisan, lampu (jumlahnya : 43) dan kaki dian sendiri-sendiri. Lukisan di sebelah kiri adalah milik gereja Katolik, demikan pun kaki dian bertuliskan Venezia 1877, sedangkan lukisan tengah adalah milik Gereja Ortodoks, dan lukisan di selbelah kanan milik Gereja Armenia. Di belakang Kapel Makam Suci ada kapel umat Kopt. Mereka memilikinya sejak tahun 1537. Sambil berjalan ke arah barat laut, peziarah memasuki sebuah ruangan gelap, lalu kapel milik umat Yakobit-Siria. Tempat masuk yang rendah dan sempit mengarah ke dalam ruangan makam yang secara populer disebut Kuburan Yusuf dari Arimatea (inilah satu-satunya ruangan di basilika yang dimilik oleh umat Etiopia). Kuburan Yahudi ini merupakan bukti nyata tentang keaslian Makam Suci Yesus serta bukti bahwa Golgota memang terletak di luar tembok kota Yerusalem. Sambil mengarah ke utara dan setelah melewati empat tiang, peziarah sampai ke ruangan yang dulu dipakai sebagai Kapel Bunda Maria. Adapun di situ tempat yang bernama Kolam / Bak St. Helena.
Kapel St. Maria Magdalena
Di sekitar Makam Suci dulu terletak Taman Yusuf dari Arimatea. Di situlah, pagi-pagi pada hari kebangkitan Yesus, berjalan Maria Magdalena sambil menangis, karena melihat makam Tuhan sudah terbuka dan kosong. Saat itu ia mendengar suara, Ibu, mengapa menangis ? Ia menoleh ke belakang dan melihat seorang yang berdiri tidak jauh daripadanya. Karena menyangka bahwa orang itu adalah penunggu taman, ia berkata kepadanya, Pak, kalau Bapak yang memindahkan dia dari sini, tolong katakan kepada saya di mana Bapak menaruh dia, supaya saya dapat mengambilnya. Seketika itu juga Yesus menyatakan diriNya dan memanggilnya dengan namanya, Maria ! Maria menjawab, Rabuni !, artinya Guru, lalu dengan penuh sukacita berlari untuk sujud di dekat kaki Yesus (bdk. Yoh 20:11-18). Peristiwa ini digambarkan oleh pelukis Kuba Del Rio pada tahun 1855 di Kaple St. Maria Magdalena yang ada di sebelah timur laut basilika.
Kapel Penampakan Yesus kepada Bunda Maria
Dari kapel St. Maria Magdalena, dengan melewati dua tangga, peziarah dapat memasuki kapel milik OFM yang mengenang penampakan Yesus sesudah kebangkitannya kepada Bunda Maria. Injil sama sekali tidak menceritakan penampakan ini, tetapi tradisi meyakininya sejak dahulu. Dalam altar utama di kapel ini tersimpan Sakramen Mahakudus, dan para biarawan OFM siang malam mengadakan ibadah di tempat ini. Pada altar samping tampak sebuah tiang patah (tingginya 75 cm) yang berabad-abad lamanya dihormati sebagai Tiang Penyesahan Yesus. Di belakang kapel ini terletak biara kecil para biarawan OFM yang bertugas di basilika. Setelah keluar dari kapel Penampakan, dengan mengarah ke timur, peziarah melewati 7 lengkungan yang dinamakan Lengkungan-lengkungan Perawan Suci. Di bagian ini dapat dilihat sejumlah tiang dan lengkungan kuno sekali. Di ujungnya terdapat Penjara Kristus, sebab disitulah, di dalam kurungan, Yesus konon menunggu saat eksekusi. Dengan melanjutkan perjalanan, peziarah sampai ke Kapel St. Longinus, serdadu Romawi yang membuka lambung Yesus, sehingga keluarlah darah dan air (bdk. Yoh 19:34). Tidak jauh dari situ ada Kapel Pembagian Pakaian milik Gereja Armenia. Para serdadu Roma membuang undi untuk menentukan siapa dari mereka berhak atas pakaian Yesus (bdk. Yoh 19:23-24).
Kapel St. Helena
Setelah melewati Kapel Pembagian Pakaian, lewat tangga, peziarah turun ke Kapel Salib Suci yang bernama Kapel St. Helena pula. Kapel ini milik Gereja Armenia. Altar tengah dipersembahkan kepada St. Helena, ibunda Kaisar Konstantin, yang pada abad IV giat mencari tempat-tempat yang berhubungan dengan sengsara Yesus serta menemukan salibNya. Altar di sebelah kiri dipersembahkan kepada St. Dismas, penyamun yang baik, yang dari mulut Yesus sendiri mendengar janji-Nya, Percayalah, hari ini engkau akan bersama aku di Firdaus (Yoh 23:43).
Kapel Penemuan Salib
Kapel ini dapat dicapai dengan menuruni tangga di sebelah kanan Kapel St. Helena. Di sebuah tempat penampungan air yang sudah tidak dipakai, pada awal abad IV ditemukan salib-salib dari zaman Yesus dihukum mati. Ratu Helena dan uskup Yerusalem Makarios mengenali salib Yesus berkat penyembuhan ajaib seorang wanita yang sedang menghadapi ajalnya dan diletakkan di atas salib asli Yesus. Kapel ini adalah milik Gereja Katolik. Di atas altar ada patung St. Helena. Tempat ditemukannya salib Yesus ada di sebelah kanan altar itu.
Kapel Penghinaan
Setelah kembali dari Kapel Penemuan Salib, di sebelah kirinya peziarah dapat mampir ke Kapel Penghinaan milik Gereja Ortodoks. Kapel ini mengingatkan berbagai penghinaan yang dilontarkan oleh para imam, ahli kitab dan para tua-tua terhadap Yesus yang sedang tergantung di Salib. Inilah kapel terakhir di lingkungan Basilika Makam Suci.
Kalvari / Golgota
Tempat ini terletak 5 m di atas lantai basilika. Ukurannya 11.45 m x 9.5 m. Dua tiang besar membagikan tempat ini atas dua ruangan mirip kapel. Di dalamnya terdapat Stasi X (Pakaian Yesus ditanggalkan) dan Stasi XI Jalan Salib (Yesus dipaku pada kayu salib), sesuai dengan lukisan-lukisan pada altarnya. Tembok tempat ini dibuat dari marmer, sedangkan langit-langitnya dihiasi dengan mosaik indah yang menggambarkan penyaliban Yesus, wanita-wanita saleh bersama St. Yohanes yang memandang Yesus di salib. Ada pula mosaik yang menggambarkan pengorbanan Ishak yang melambangkan Kristus. Altar berasal dari tahun 1588. Pada 6 papan lukisan digambarkan berbagai adegan Sengsara Yesus. Bagian kiri tempat ini adalah milik Gereja Ortodoks. Letaknya tepat di atas cadas, di mana berdiri salib Yesus. Di bawah altar ada sebuah pelat perak dengan lubang di tengahnya yang menunjukkan tempat salib Yesus tertancap. Di sebelah-menyebelah altar terdapat dua pelat bundar dari marmer yang menunjukkan tempat berdirinya salib kedua penyamun yang disalibkan bersama Yesus (bdk. Mat 27:38; Mrk 15:27; Luk 23:32-33; Yoh 19:18). Di samping altar ditunjukkan pula celah cadas yang terbentuk pada saat kematian Yesus, setelah bumi bergetar dan gunung-gunung batu terbelah (Mat 27:51). Di depan altar terdapat Stasi XII Jalan Salib (Yesus wafat di salib), sedangkan Stasi XIII (Jenazah Yesus diturunkan) ialah sebuah altar kecil yang terletak antara kedua kapel ini; altar ini dipersembahkan kepada Bunda Maria Berdukacita dan disebut pula Stabat Mater. Altar ini adalah milik Gereja Katolik; para biarawan OFM setiap hari mempersembahkan misa di sini. Pada dasar altar ini terdapat sebuah teralis artistik; padanya digambarkan semua alat Sengsara Yesus serta kata-kata yang diucapkan oleh Yesus di salib.
Kapel Adam
Menurut legenda abad I, Adam, manusia pertama, dikuburkan di Kalvari. Ketika Yesus wafat, darahNya mengaliri tengkorak Adam, sambil meniadakan noda dosa. Legenda ini menjadi alasan mengapa tengkorak manusia dilukiskan pada gambar penyaliban Yesus. Tengkorak itu melambangkan seluruh umat manusia. Di balik altar yang dibuat di Kalvari untuk menghormati Melkisedek, terdapat Kapel Adam.
Bagian sentral Basilika Makam Suci
Bagian ini dulu dipakai oleh para rohaniwan-pemelihara Makam Suci. Dari semua sudut bagian ini kini dikelilingi oleh tembok sehingga terpisah dari sisa bangunan. Bagian ini menjadi milik Gereja Ortodoks; mereka menyesuaikannya dengan tuntutan-tuntutan liturginya, sehingga sangat terhias, dan kontras sekali dengan kesederhanaan keseluruhan bangunan.