Beth Shean, kota yang sudah sangat tua, diperkirakan 5000 tahun umurnya. Letaknya strategis, di jalan kafilah dari Mesir ke Mesopotamia. Pada tahun 1478 SM, Tutmosis III, Firaun Mesir, menjadikan kota ini sebuah basis tentara Mesir. Pada abad 11 SM orang Filistin mempunyai dua kuil di kota itu. Ketika mereka mengalahkan Saul, Raja Israel, dalam pertempuran di Pegunungan Gilboa, “mereka menaruh alat persenjataannya di Kuil Astarte dan mayatnya mereka gantung di sebuah tembok Beth Shean” (I Samuel 31, 10). Di kota inilah Raja Daud meratapi Raja Saul dan putranya Yonathan (II Samuel 1, 17 dst). Di situlah juga raja Salomon menempatkan satu dari kedua belas walinya untuk membawahi Regio Beth Shean (I Raja 4, 12). Beth Shean juga merupakan pusat Helenisme yang penting dengan nama Scythopolis, samapi saat marga Makabe menaklukkannya. Di zaman Romawi dan Bizantin ia merupakan kota yang makmur, wilayahnya yang subur menghasilkan bahan makanan yang melimpah, namun kemudian mengalami kemunduran ketika kota itu jauh ke tangan orang Arab pada tahun 638. Setelah tahun 1948 muncul di situ sebuah kota baru yang didirikan oleh kaum imigran Yahudi. Dalam perjanjian baru nama Bet Shean tidak disebut-sebut. Kota itu bersama sembilan kota lainnya termasuk dalam sebuah persekutuan sepuluh kota dengan Dekapolis. Waktu itu Beth Shean masih bernama Skitopolis dan mayoritas penduduknya terdiri dari orang-orang bukan Yahudi (II Makabe 12, 30-31).