Bukit Zaitun

Mount of Olives atau Mount Olivet adalah pegunungan di timur Yerusalem dengan 3 puncak yang membentang dari utara ke selatan. Puncak tertinggi, at-Tur, 818 meter.
graves-1847957_1920
jerusalem-1079200_1920
jerusalem-2262550_1920
Bukit Zaitun

Di sebelah timur kota Yerusalem terbentang bukit sejajar dengan bukit Bait Suci, tetapi terpisah daripadanya dengan Lembah Kidron. Inilah Bukit Zaitun dengan 3 puncaknya. Puncak di utara (818 m) oleh umat Kristen disebut Viri Galilaei, puncak di tengah (808 m) secara tradisional dipandang sebagai tempat kenaikan Tuhan Yesus, dan puncak di selatan (734 m) oleh umat Kristen disebut Gunung Skandal, sebab konon di situlah Raja Salomo mendirikan tempat pemujaan dewa-dewa yang dihormati oleh para istrinya yang asing (bdk. 1 Raj 11:7-8; 2 Raj 23:13-14). Bukit Zaitun disebut dalam Perjanjian Lama sebagai tempat ibadah (2 Sam 15:32), dan disinggung pula dalam kitab Yehezkiel (11:22-23) dan Zakharia (14:4). Bagi umat Kristen, bukit Zaitun sangat penting, sebab dari sinilah Yesus naik ke surga, di sinilah ia menyampaikan wejangan eskatologisnya dan di sinilah ia mengajarkan doa Bapa Kami. Yesus sering mengunjungi bukit ini untuk berdoa.

Sejarah Bukit Zaitun

Ketika Kaisar Konstantinus membangun gereja Makam Suci di Kalvari dan Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem, ia tidak lupa membangun pula sebuah gereja di Bukit Zaitun. Ia mendirikannya di atas gua, tempat Yesus menyatakan kepada para rasulnya misteri-misteri tak terselami dan menamakannya Eleona. Di tempat Yesus naik ke surga didirikannya sebuah bangunan bundar yang terbuka atapnya dan menamakannya Imbomon. Tidak lama kemudian St. Melania Muda (+ 439) yang tinggal di sini, mendirikan dua biara, yang satu untuk wanita dan yang satu lagi untuk pria; mereka diharapkan berdoa siang dan malam di Gereja Kenaikan Tuhan dan di Gua Percakapan Yesus dengan para Rasul. Di kemudian hari, di bukit ini ada banyak biara lain pula. Pada tahun 614, semua biarawan dian biarawati itu (jumlahnya : 1207) dibunuh oleh tentara Persia. Gereja bernama Eleona dan Imbomon, dan hal yang sama terulang lagi semasa pemerintahan Al-Hakim. Para pejuang Perang Salib mendirikan kembali gereja Kenaikan Tuhan, sedangkan di atas reruntuhan Eleona didirikan Gereja Pater Noster.

Viri Galilaei

Puncak di utara Bukit Zaitun disebut Viri Galilaei (=orang-orang Galilea), sebab setelah Yesus naik ke surga, malaikat menegur para rasul, katanya, Hai, orang-orang Galilea, mengapa kalian berdiri saja di situ memandang ke langit ? Yesus yang kalian lihat terangkat ke surga itu di hadapan kalian, akan kembali lagi dengan cara itu juga seperti yang kalian lihat tadi (Kis 1:11). Tempat ini sejak tahun 1881 menjadi milik Gereja Ortodoks Yunani. Mereka mendirikan di situ sebuah gereja yang pada tahun 1927 rusak akibat gempa bumi. Pada awal tahun 1964 Paus Paulus VI pada waktu ziarahnya ke Tanah Suci bertemu di sini dengan Patriark Atenagoras dari Konstantinopolis.

Gereja Kenaikan Tuhan

Di puncak Bukit Zaitun yang dipandang sebagai tempat kenaikan Yesus, pada tahun 376 didirikan sebuah rotunda, yang pada tahun 438 ditambah dengan sebuah oratorium dan biara pria. Para pejuang Perang Salib mendirikan di situ sebuah gereja bersegi delapan dengan sederetan tiang yang menunjang kubah. Pada waktu itu kubahnya terbuka. Di bawahnya ada batu, yang menurut legenda diinjak oleh Yesus (dengan meninggalkan jejak telapak kakinya) sebelum naik ke surga. Pada tahun 1187 gereja itu diubah menjadi sebuah masjid, lalu pada tahun 1220, kubahnya ditutup. Setiap tahun sehari menjelang pesta kenaikan Tuhan, para biarawan OFM mengadakan ibadah meriah di sini.

Tempat wejangan eskatologis Yesus

Sambil duduk di bukit ini bersama beberapa rasulnya dan sambil memperhatikan kemegahan kota dan bait sucinya di seberang, Yesus berbicara mengenai masa depan bait itu serta dunia (bdk. Mrk 13 atau Mat 24-25 atau Luk 21:5-38).

Gereja Pater Noster

Di sebelah selatan dari Gereja Kenaikan Tuhan berdiri Gereja Pater Noster yang didirikan di sini berdasarkan tradisi bahwa di situlah Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada para rasulNya. Tradisi ini didukung oleh Injil Lukas yang menempatkan doa itu langsung sesudah kunjungan Yesus di rumah Maria dan Marta (Luk 10:38, 11:4), yang menurut Injil Yohanes (11:1; 12:1) tinggal di Betania. Gereja sekarang berdekatan dengan biara Suster Karmelit yang didirikan pada tahun 1875 di atas reruntuhan sebuah gereja dari abad XII. Di tembok gang gereja dan biara ini dapat dibaca doa Bapa Kami dalam berbagai bahasa.

Betfage

Betfage adalah sebuah kampung di Bukit Zaitun. Yesus mengutus ke situ dua muridNya agar mereka menyiapkan baginya seekor keledai yang hendak ditungganginya dalam perjalanan masuk ke kota Yerusalem (Mrk 11:1-8). Tempat kampung itu tidak diketahui sampai sekarang secara pasti. Tetapi di tempat yang secara tradisional ditunjuk Betfage dulu, kini berdiri sebuah biara OFM serta sebuah kapel. Menurut laporan peziarah pada abad IV, di tempat itulah Yesus berbicara dengan Marta dan Maria setelah ia datang ke situ untuk membangkitkan Lazarus. Sejak abad XII tempat itu ditunjuk pula sebagai tempat Yesus naik keledai. Sejak itu perarakan Minggu Palem dimulai dari tempat itu. Perarakan itu selanjutnya menuruni Bukit Zaitun, Taman Getsemani, Gerbang Singa dan berakhir di Gereja St. Anna. Di atas altar utama gereja Betfage dapat disaksikan sebuah fresco yang menggambarkan meriahnya Yesus masuk kota Yerusalem.

Gereja Dominus Flevit

Dengan menuruni puncak Bukit Zaitun, melalui jalan di samping Gereja Pater Noster, peziarah sampai ke Gereja Dominus Flevit (=Tuhan menangis) serta ke Getsemani. Jalan di sebelah melewati Makam Para Nabi (semacam kuburan massal bagi para peziarah Kristen abad IV-V). Sedikit di bawahnya terdapat pintu masuk ke Gereja Dominus Flevit. Gereja ini didirikan pada tahun 1891 untuk mengenang tangis Yesus atas Kota Suci pada waktu ia memasukinya dengan jaya pada hari Minggu menjelang sengsara dan wafatNya. Dalam Injil Lukas dapat dibaca bahwa, Ketika Yesus hampir sampai di Yerusalem, di jalan yang menurun pada Bukit Zaitun, semua pengikutNya yang banyak itu mulai berseru-seru memuji Allah dan mengucap terima kasih kepadaNya karena semua keajaiban yang telah mereka saksikan (Luk 19:37). Beberapa ayat sesudahnya, Lukas menambah, Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya :”Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engaku mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu ! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.”  (Luk 19:41-44). Gereja Dominus Flevit adalah milik para biarawan OFM, dan didirikan di atas reruntuhan kapel kuno. Altarnya dihiasi jendela kaca dengan panorama ke arah Yerusalem.

Betania

Kampung Betania terletak di lereng timur Bukit Zaitun (bdk. Mrk 11:1), kurang lebih 2700 m jauhnya dari Yerusalem (bdk. Yoh 11:18) dan kini disebut Al-Azariye. Nama ini menggemakan nama kuno Lazarium yang diberikan oleh umat Kristen abad IV pada kampung ini. Dalam Perjanjian Lama, Betania disebut Ananya (Neh 11:32). Bagi umat Kristen, Betania mengingatkan Rumah Lazarus, Marta dan Maria. Di situlah Yesus menegur Marta, katanya, Marta, Marta ! Engkau khawatir dan sibuk memikirkan ini dan itu, padalah yang penting hanya satu. Dan Maria sudah memilih yang baik, yang tidak akan diambil dari dia (Luk 10:41-42). Pada suatu hari Lazarus, sahabat Yesus, meninggal dunia. Pada waktu itu Yesus berada di wilayah seberang Sungai Yordan. Sudah lewat empat hari sejak Lazarus dikuburkan, ketika Yesus sampai ke Betania. Kata Yesus kepada Marta, Akulah yang memberi hidup dan membangkitkan orang mati. Orang yang percaya kepadaku akan hidup, walaupun ia sudah mati. Dan orang hidup yang percaya kepadaku, selama-lamanya tidak akan mati. Mendengar itu Marta menjawab, Tuhan, saya percaya Tuhan Anak Allah, Raja Penyelamat yang akan datang ke dunia ini (Yoh 11:25-27). Lalu Yesus membangkitkan Lazarus dari kuburnya, katanya, Lazarus, keluar ! (Yoh 11:43). Mendengar suara Yesus, Lazarus bangun dan keluar dari kuburnnya, padahal tangan dan kakinya masih terbungkus kain kafan, dan mukanya tertutup dengan kain penutup muka (Yoh 11:44). Peristiwa itu dilaporkan kepada kaum Farisi yang kemudian bersama para imam kepala mengadakan rapat dengan Mahkamah Agama. Mulai hari itu para penguasa Yahudi bersekongkol untuk membunuh Yesus (Yoh 11:53). Tetapi sebelum dibunuh, Yesus masih sempat mengunjungi rumah Lazarus. Yesus dijamu, dan Marta melayani. Kemudian Maria datang dengan kira-kira setengah liter minyak narwastu, menuang minyak itu ke kaki Yesus, lalu menyekanya dengan rambutnya. Yudas Iskariot tidak senang melihatnya, sehingga berkomentar, Mengapa minyak wangi itu tidak dijual saja dengan harga 300 uang perak, dan uangnya diberikan kepada orang miskin ? Yesus menanggapinya begini, Biarkan wanita itu ! Ia melakukan ini untuk hari penguburanku. Orang miskin selalu ada di antara kalian, tetapi aku tidak (Yoh 12:1-8). Karean beberapa peristiwa ini, Betania selalu menarik perhatian para peziarah Kristen. Pada tahun 300 St. Hieronimus melaporkan bahwa di tempat kuburan Lazarus berdiri sebuah gereja. Pada awal abad XII di tempat itu didirikan sebuah gerja dan biara St. Lazarus. Setelah Yerusalem dikuasai oleh penguasa Islam, tempat suci itu terlantar. Pada akhir abad XVI, reruntuhan gereja St. Lazarus diubah menjadi masjid, dan sejak itu tempat pembaringan terakhir Lazarus ada di tangan Islam. Namun pada tahun 1613, pastor Angelo dari Messina membeli dari kaum muslim hak untuk membuat tangga yang turun ke makam Lazarus dan untuk mempersembahkan misa kudus di situ.

Gereja Lazarus, Marta dan Maria

Gereja baru ini didirikan apda tahun 1952-1953 menurut rancangan A. Barluzzi di atas reruntuhan beberapa gereja terdahulu. Di dalamnya dapat dilihat sejumlah mosaik indah karya C. Vagarini yang menggambarkan pembangkitan Lazarus, percakapan Yesus dengan Marta dan Maria, pengurapan Yesus oleh Maria di rumah Simon Si Kusta. Di halaman depan gereja terpelihara mosaik-mosaik dari gereja kuno abad IV. Di sebelah kanan gereja berdiri biara OFM.

Kuburan Lazarus

Setelah keluar dari Gereja St. Lazarus, peziarah boleh mengunjungi Kuburan Lazarus. Dengan menuruni 24 anak tangga, peziarah akan sampai ke sebuah ruangan kecil (3 m), lalu lewat pintu sempit dan 3 anak tangga lagi, ia akan sampai ke tempat yang secara tradisional ditunjuk sebagai Kuburan Lazarus. Yohanes mencatat dalam Injilnya, Kuburan itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu besar (Yoh 11:38). Di luar gua ini, di sebelah kanan gereja Ortodoks Yunani, kelihatan menara yang pada tahun 1138 didirikan di situ demi keamanan biara St. Lazarus di zaman dulu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *