Tel Aviv – Jaffa

image
Untitled-4-6
aerial-view-of-tel-aviv-and-sea-tel-aviv-israel-video
Kota Tel Aviv

Dalam bahasa Ibrani, nama Tel Aviv searti dengan Bukit Musim Semi. Kota ini terletak di pinggiran Laut Tengah dan didirikan pada tahun 1909 di sebelah utara Jaffa, di daerah yang pada waktu itu terlantar. Mula-mula daerah itu dihuni oleh 60 keluarga saja dan berkembang lamban. Tetapi seusai Perang Dunia II perkembangannya cepat. Kini kota keuda terbesar di Israel. Para penduduknya berjumlah sekitar 400 ribu, dan semuanya Yahudi saja. Di masa kini Tel Aviv adalah sebuah kota modern dengan banyak fasilitas yang pada umumnya dapat dinikmati dalam setiap kota jenis ini (universitas, teater, stadion, gedung kesenian, hotel dan lain-lain). Pusat perdagangannya ada di  Jalan Allenby. Karena didirikan baru pada abad XX ini, Tel Aviv tidak pernah disebut dalam Kitab Suci dan tidak berperan pula dalam sejarah Gereja.

Kota Jaffa dan Sejarahnya

Kota Jaffa (dalam Kitab Suci, namanya Yope) terletak di sebelah selatan kota Tel Aviv dan menyatu dengannya sejak tahun 1949. Sebuah legenda Semit menghubungkan nama kota ini dengan Yafet, anak Nuh. Kota ini berusia lebih dari 3600 tahun dan sejak lama sekali dikenal sebagai pelabuhan. Kayu aras dari Libanon yang semasa pemerintahan Raja Salomo dipakai untuk pembangunan Bait Suci di Yerusalem, diangkut dari pelabuhan ini (2 Taw 2:15). Hal yang sama dilakukan lima abad kemudian, semasa pemerintahan Raja Zerubabel (Ezr 3:7). Nabi Yunus bertolak dengan kapal menuju Tarsis dari pelabuhan Jaffa / Yope (Yun 1:3). Ketika kaum Makabe memberontak melawan Siria, 200 orang Yahudi ditenggelamkan di laut oleh para penduduk Jaffa. Sebagai balas dendam, Yudas Makabe (163 SM) membakar pelabuhan (2 Mak 12:3). Kota direbut kembali oleh Yonathan, saudara Yudas, lalu digabungkan dengan Yudea oleh Simon, saudaranya yang lain (1Mak 12:33-34). Pada tahun 66 sebelum masehi, kota dikuasai oleh tentara Roma di bawah pimpinan Pompeius, tetapi pada tahun 63, Pompeius menjadikannya kota independen. Pada tahun 47 sebelum Masehi, Yulius Caesar mengembalikan kota ini kepada bangsa Yahudi. Kota ini kehilangan peranannya setelah Raja Herodes Agung membangun pelabuhan saingan di Kaisarea (Maritim). Di zaman Bizantium (395-636), Jaffa tidak berperan. Ia mulai berkembang kembali semasa Perang Salib (1099-1291). Sejak tahun 1187, kota Jaffa dikuasai oleh kaum Muslim.

Nilai Kota Jaffa bagi Peziarah

Bagi para peziarah Kristen, Jafa penting, sebab berkaitan dengan Rasul Petrus. Ketika tinggal di rumah Simon, penyamak kulit, berkat penglihatan unik Petrus mengerti bahwa bagi orang-orang kafir pun harus dibuka pintu Gereja, sama seperti bagi orang-orang Yahudi (bdk. Kis 9:34;10:6,10-16;11:5-10). Di kota ini pun Petrus menerima delegasi yang dikirim dari Kaisarea oleh Kornelius, seorang perwira pasukan Romawi, yang minta Petrus datang ke rumahnya untuk memberitakan Injil (Kis 10:1, 7-8, 17-23). Di Jaffa pula Rasul Petrus membangkitkan Tabita / Dorkas (bdk. Kis 9:36-42). Tidak jauh dari mercu suar pelabuhan kota Jaffa berdiri sebuah masjid kecil yang oleh tradisi lokal dipandang sebagai bekas rumah Simon penyamak kulit. Di tempat lain, di luar kota, di tengah perkebunan, para penduduk Jaffa menunjukkan kuburan Tabita. Namun keotentikan kuburan itu sulit dibuktikan.

Gereja St. Petrus dan Gereja St. Antonius

Di bukit dekat laut berdirilah Gereja St. Petrus yang dibangun pada tahub 1888-1894 dan diurus oleh para biarawan OFM. Yang menarik di dalamnya ialah lukisan-lukisan karya P. Zarlan, kaca-kaca artistik karya J. Zettler dari Munchen dan membar kayu dengan adegan-adegan dari kehidupan St. Petrus. Di bagian kota yang dulu dihuni oleh orang-orang Eropa, pada tahun 1933 didirikan Gereja St. Antonius serta biara OFM. Jumlah orang Katolik ritus Roma agak kurang di Jaffa. Ada umat Katolik ritus Melkit (Yunani Katolik) dan Maronit. Ada juga umat Ortodoks Yunani, Kopt dan Protestan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *