Asal usul Jalan Salib
Sebelum disalibkan, Yesus dipaksa memanggul salib sambil melewati beberapa jalan Yerusalem. Peristiwa itu dinamakan Via Dolorosa, yang artinya Jalan Duka atau Jalan Salib. Dalam perjalanan menuju Golgota itu Yesus diikuti oleh ibuNya, beberapa wanita saleh serta murid yang dikasihiNya. Menurut legenda, tidak terlalu lama sesudah penyaliban Yesus, para pengikutNya mulai mengikuti jejak-jejak Yesus sampai ke Golgota. Nama Via Dolorosa menjadi populer sejak abad XVI. Jumlah stasinya, yaitu 14, ditetapkan oleh Ordo Fransiskan pada abad XIX. Via Dolorosa bermula di Benteng Antonia, tempat Yesus dihadapkan kepada Pilatus dan dihukum mati, menuju Kalvari yang dalam bahasa Yunani disebut Golgota, yang pada waktu itu terletak di luar tembok kota. Bagi setiap orang Katolik, jalan Salib merupakan salah satu kebaktian yang amat membantu lebih mengenal dan mengasihi Yesus yang mengorbankan segala sesuatu demi keselamatan umat manusia. Di Yerusalem, ibadah ini dipimpin setiap hari Jumat oleh para biarawan OFM dan diikuti oleh banyak peziarah. Stasi I-IX terdapat di jalanan menuju Basilika Makam Suci, stasi X-XIII ada di kapel Kalvari, sedangkan stasi XIV – di kapel Makam Suci.
Stasi I : Yesus dijatuhi hukuman mati
Stasi ini ada di Kapel Penyesahan, di mana menurut tradisi, Yesus diperiksa oleh Pilatus. Kapel ini sangat sederhana. Di dalamnya ada pelat-pelat kaca yang menggambarkan Yesus disesah (tengah), Pilatus membasuh tangan (kanan) dan pembebasan Barabas (kiri). Di langit-langit kaple, di atas altar, ada sebuah kubah dengan mahkota dari duri-duri emas yang diselingi bintang-bintang. Sesungguhnya Yesus dijatuhi hukuman mati di Lithostrotos. Namun Jalan Salib dimulai secara tradisional di halaman sebuah sekolah (namanya : El Omariye) yang lokasinya kiranya termasuk daerah Benteng Antonia semasa Yesus disalibkan. Tangga asli yang dulu dinaiki oleh Yesus di tempat ini, telah dipindahkan oleh Santa Helena ke Roma. Tangga yang bernama Scala Sancta itu sampai kini dapat disaksikan di Gereja Yohanes Lateran. Setelah Yesus dijatuhi hukuman mati, para serdadu menyesah dan menghinanya. Dalam Injil tercatat begini : “Sesudah mempermainkan dia, mereka membuka jubah ungu itu lalu mengenakan kembali pakaiannya sendiri. Kemudian ia dibawa ke luar untuk disalibkan (Mat 27:31)
Stasi II : Yesus memanggul Salibnya
Stasi ini terletak di seberang tempat tadi, di tembok Kapel Penyesahan. Selama Jalan Salib, kapel ini tidak dimasuki oleh para peziarah. Dalam Injil tercatat, Yesus keluar dengan memikul sendiri salibnya ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak. (Di dalam bahasa Ibrani disebut Golgota). Di sana Ia disalibkan; seorang di sebelah kiri, seorang di sebelah kanan dan Yesus di tengah-tengah (Yoh 19:17-18). Dekat stasi II ini terdapat sebuah lengkungan yang dikaitkan dengan Pontius Pilatus dan dengan ucapannya, Ecce Homo. Dalam Injil tercatat begini, Maka Yesus keluar dengan memakai mahkota duri dan jubah ungu. Pilatus berkata kepada mereka, “Lihatlah orang itu” (Yoh 19:5). Lengkungan Ecce Homo ini dibuat oleh Kaisar Hadrianus pada tahun 135 untuk mengabadikan kemenangannya atas kota Yerusalem. Lengkungan asli terdiri dari 3 bagian : lengkungan sentaral yang terbentang di atas Via Dolorosa, lengkungan kiri yang kini tidak ada lagi, dan lengkungan kanan yang kelihatan sampai sekarang di sebelah dalam Gereja Suster-suster Sion. Di dalam gereja ini terdapat sisa lantai dari zaman Romawi yang disebut Lithostrotos. Pada lantai kuno itu terukir gambar permainan; menurut tradisi Kristen para serdadu Romawi membuang undi untuk menentukan siapa berhak mendapat jubah Yesus. Beberapa langkah sesudahnya terdapat sebuah kapel di sebelah kiri yang disebut Penjara Yesus.
Stasi III : Yesus jatuh untuk pertama kalinya
Dalam Injil tidak tercatat bahwa Yesus jatuh selama ia memikul salibNya. Namun secara tradisional diterima bahwa ia pasti jatuh, bahkan berkali-kali. Tradisi ini secara tidak langsung didukung oleh berita Injil, bahwa serdadu-serdadu Romawi akhirnya memaksa Simon dari Kirene untuk ikut memikul salib Yesus. Mereka melakukannya, karena Yesus memang sudah kepayahan setelah mengalami sakratul maut di Getsemani, khususnya setelah disesah di Praetorium. Stasi III ini terletak di perempatan jalan menuju Gerbang Damaskus. Di tempat jatuhnya Yesus untuk pertama kalinya, pada tahun 1947 didirikan sebuah kapel kecil, milik gereja Armenia. Di dalamnya ada ukiran (karya pemahat Polandia) dalam marmer yang menggambarkan Yesus jatuh.
Stasi IV : Yesus berjumpa dengan BundaNya
Di samping stasi III ada pintu masuk ke halaman kompleks milik umat Katolik Armenia. Di dalamnya terdapat Gereja Bunda Maria yang disebut Spasmos (kiranya dari kata Yunani aspasmos yang berarti salam, perjumpaan) yang direnovasi pada tahun 1881. Stasi IV ini terletak di jalanan, di sebuah kapel kecil yang dibuat pada tahun 1957. Di altar yang dibuat dari marmer putih terdapat ukiran karya pemahat Polandia yang menggambarkan pertemuan Yesus dengan bundaNya.
Stasi V : Simon dipaksa memanggul salib Yesus
Dalam Injil tercatat, Di tengah jalan mereka memaksa seorang memikul salib Yesus. Orang itu kebetulan baru dari desa hendak masuk ke kota. Namanya Simon – berasal dari Kirene – ayah dari Aleksander dan Rufus (Mrk 15:21). Menurut tradisi Kristen yang sangat meyakinkan, baik Simon maupun keluarganya di kemudian hari menjadi pengikut Yesus. Stasi ini dilengkapi dengan kapel milik biarawan OFM yang tidak jauh letaknya dari gereja Bunda Maria Spasmos. Dalam Injil Yohanes tidak ada satu catatan pun mengenai Simon dari Kirene.
Stasi VI : Veronika menyeka wajah Yesus
Dalam jarak sekitar 80 langkah dari stasi V terdapat sebuah kapel Katolik Yunani (Melkit) yang dijadikan stasi VI untuk mengenang tindakan seorang wanita saleh yang dengan berani maju ke arah Yesus dan menyeka wajahnya yang berlumuran darah. Menurut tradisi, tindakan itu diganjar oleh Yesus secara ajaib : pada kain yang dipakai wanita itu membekas wajah Yesus. Sejak tahun 707, kain itu disimpan di Basilika St. Petrus. Nama Veronika searti dengan vera icona, yaitu : gambar asli / otentik. Tindakan wanita itu mengilhami terciptanya sebuah mosaik di kapel ini. Menurut Injil, Jalan Salib Yesus diikuti sejumlah besar orang, di antaranya ada juga beberapa wanita. Wanita-wanita itu menangisi dan meratapi Yesus (Luk 23:27).
Stasi VII : Yesus jatuh untuk kedua kalinya
Mulai dengan stasi VI, jalannya semakin menanjak (memasuki pusat pasar) dan hal ini merupakan gangguan tambahan bagi Yesus yang pada waktu itu sungguh kepayahan. Maka di tempat itu, menurut tradisi, Yesus jatuh untuk kedua kalinya. Di tempat itu terdapat sebuah kapel kecil milik biarawan OFM. Di seberang stasi VII dulu berdiri Gerbang Penghakiman yang harus dilewati Yesus untuk keluar dari kota. Konon salinan hukuman mati, sesuai dengan adat zaman itu, dipaku pada salah satu tiang yang berdiri di situ.
Stasi VIII : Yesus dan para wanita Yerusalem
Menurut Injil Lukas, Yesus berpaling kepada wanita-wanita yang menangisinya, sambil berkata, Wanita-wanita Yerusalem ! Janganlah menangisi aku. Tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu. Sebab akan datang waktunya orang akan berkata, Alangkah beruntungnya wanita-wanita yang tidak pernah mengandung, yang tidak pernah mempunyai anak dan tidak pernah menyusui bayi ! Pada waktu itulah orang akan berkata kepada gunung-gunung, Timpalah kami ! Dan kepada bukit-bukit, Timbunilah kami ! Sebab kalau terhadap kayu yang masih hidup, orang sudah berbuat seperti ini, apa pula yang akan dilakukan mereka terhadap kayu yang sudah kering ! (Luk 23:28-31). Stasi ini terletak sekitar 30 m ke arah barat dari kapel stasi VII dan ditandai dengan sebuah salib hitam yang ditempatkan pada tembok biara Ortodoks; biara itu dibawah perlindungan St. Karalambos.
Stasi IX : Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
Stasi ini tidak jauh letaknya dari stasi VIII. Tandanya berupa sebuah tiang dekat pintu gerbang biara Kopt, di belakang Makam Suci. Lima stasi selanjutnya terdapat di Basilika Makam Suci.
Stasi X : Pakaian Yesus ditanggalkan
Tangga menanjak menuju sebuah kapel, di mana menurut tradisi kuno, pakaian Yesus ditanggalkan (selanjutnya bacalah penjelasan lebih rinci mengenai Stasi X-XIV dalam bab Basilika Makam Suci).
Stasi XI : Yesus dipaku pada kayu salib
Stasi X dan XI terdapat di kapel Kalvari pertama, di sebelah kanan, yang diurus oleh para biarawan OFM. Peristiwanya digambarkan pada lukisan di altar. Di dalam kapel ini terdapat tiga mosaik yang menggambarkan penyaliban Yesus, wanita-wanita saleh bersama Yohanes memandang Yesus yang sudah disalibkan dan pengorbanan Ishak, lambang Kristus. Pada enam lukisan digambarkan berbagai adegan sengsara Yesus. Pada dian-dian kaki dari perunggu pun digambarkan macam-macam adegan Jalan Salib Yesus.
Stasi XII : Yesus Wafat di Salib
Di bagian atas tempat Yesus dulu disalibkan, kini berdiri sebuah altar milik Gereja Ortodoks Yunani.
Stasi XIII : Jenazah Yesus diturunkan dari salib
Stasi XII-XIII terdapat di kapel Kalvari kedua yang diurus oleh Gereja Ortodoks Yunani. Kapel ini didirikan tepat di atas cadas, tempat Yesus wafat. Stasi XII terletak di depan altar, sedangkan stasi XIII terbatas pada sebuah altar kecil (di antara dua kapel) yang dipersembahkan kepada Bunda Maria Berdukacita. Altar ini milik para biarawan OFM yang setiap hari mengadakan misa kudus pada altar tersebut.
Stasi XIV : Jenazah Yesus dimakamkan
Stasi ini terdapat di dalam kapel Makam Suci yang panjangnya 8,30 m dan lebarnya 5,90 m.