HomeCategory

Luar Kota Suci Yerusalem

Capernaum-aerial view
Gereja Kana-Sungai Yordan-Danau Galilea-KAPERNAUM –TABGHA-Bukit SABDA Bahagia (1)
Kafarnaum_BW_23
synagogue-at-capernaum
Kota yang dulu ramai

Di masa Tanah Suci dijajah oleh bangsa Roma, kota Kapernaum ramai sekali. Letaknya memang strategis, dekat Via Maris (=jalan Laut). Banyak pedagang mondar mandir antara kota ini dan kota Damaskus, sambil menjual beli sutra, repah-rempah, ikan asin dan buah-buahan segar. Setelah ditolak di Nazaret, Yesus pindah ke kota ini dan menjadikannya semacam “markas utama” kegiatannya di Galilea (bdk. Mat 4:13). Dari kota ini berasal Simon Petrus dan Andreas yang bekerja sebagai nelayan. Yesus beribadah di kota ini, mengajar dan mengadakan banyak mukjizat, antara lain : mengusir roh jahat dari seorang yang kerasukan (Mrk. 1:21-28), menyembuhkan ibu mertua Simon (Mrk. 1 : 29-31) dan banyak orang lain yang dibawa kepadanya (Mrk. 2:1-12), membangkitkan putri Yairus (Mrk. 5:35-43), menyembuhkan seorang yang tangannya lumpuh sebelah (Mrk. 3:16). Menurut Injil Lukas, di kota ini Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira Roma (Luk. 7:1-10), sedangkan menurut Injil Matius; dua orang buta dan seorang bisu (Mat. 9:27-34). Di Kapernaum Yesus memanggil Lewi, pemungut cukai, agar menjadi pengikutNya (Mat. 9:9-13) serta bicara tentang Ekaristi yang kelak akan diadakannya (Yoh. 6:24-69).

Sinagoga dan Rumah Petrus 

Lama sekali para ahli tidak tahu letak kota Kapernaum. Hal ini dihubung-hubungkan dengan semacam “kutukan” yang diucapkan oleh Yesus atas kota itu, “Dan kamu, Kapernaum ! Apakah kamu akan ditinggikan sampai ke surga ? Tidak ! Malah kamu akan dibuang ke neraka ! Sebab seandainya keajaiban-keajaiban yang dibuat di tengah-tengahmu itu sudah dibuat di Sodom, Sodom itu masih ada sampai saat ini ! Ingatlah, pada Hari Kiamat, orang Sodom akan lebih mudah diampuni Allah daripada kalian ! (Mat 11:23-24). Para arkeolog mulai mengadakan penggalian di Kapernaum sejak tahun 1905. Berkat galian mereka, ditemukan reruntuhan sinagoga asal abad IV yang didirikan di atas singagoga terdahulu. Di sekitar reruntuhan itu ditemukan banyak peninggalan Yahudi maupun Romawi, teristimewa sejumlah lambang Yahudi yang terukir pada batu. Di antara lambang-lambang itu ditemukan Syofar (tanduk yang dipakai sebagai alat musik), Bintang Daud, Menorah (dian kaki bercabang tujuh), kereta penarik Tabut Perjanjian dan lambang Palem. Orang-orang Kristen abad-abad pertama menghormati sinagoga Yahudi itu, sebab disitulah Yesus mengajar dan berkarya. Dekat sinagoga itu ditemukan pula reruntuhan Rumah Petrus dari abad I. Di sekitarnya ditemukan sejumlah grafitti yang menyebut nama Yesus dan Petrus. Grafitti itu diukir dalam bahasa Ibrani, Aramea dan Yunani, dan merupakan semacam pengakuan Kristen Kuno. Di tempat penggalian dituemukan pula alat-alat pembuat minyak serta batu-batu kilangan besar. Peziarah sebaiknya ingat akan apa yang di-katakan Yesus sehubungan dengan batu kilangan itu, yaitu : “Hal-hal yang menyebabkan orang berbuat dosa, pasti akan ada. Tetapi celakalah orang yang menyebabkannya ! Lebih baik kalau batu penggilingan dikaitkan pada lehernya, lalu ia dibuang ke dalam laut daripada ia menyebabkan salah seorang dari orang-orang kecil ini berbuat dosa (Luk 17:1-2).

hassi
An aerial view taken on April 13, 2023 shows the northern Israeli kibbutz of Yiron which was established in 1949 less than two kilometres from the Lebanese border, on the ruins of a Palestinian village destroyed by Jewish forces during the 1948-1949 Arab-Israeli war. Entrepreneurs are repurposing the Israeli kibbutz into hubs for creative and hi-tech industries, after decades of decline in the rural communities once considered models of socialism. (Photo by MENAHEM KAHANA / AFP) (Photo by MENAHEM KAHANA/AFP via Getty Images)

Kibbutz adalah sebuah pemukiman komunitas, dimana bukan saja hanya pertanian, melainkan juga banyak aspek kehdiupdan lainnya yang dijalankan secara kooperatif, dan setiap anggota bekerja sesuai dengan kemampuannya dan menerima kebutuhannya secara merata.

Laut Mati (nama Ibraninya : Bahr Lut, Laut Lot, atau : Yam Ha Melah, Laut Garam) terletak 392 m di bawah permukaan Laut Tengah. Tempat yang paling dalam di laut ini mencapai 400 m. Dengan demikian, bagiannya yang paling dalam di laut ini mencapai 800 m di bawah permukaan Laut Tengah, dan merupakan titik terendah di permukaan bumi. Panjang laut ini 76 km, lebarnya 16 km. Di sebelah tenggara, Laut Mati dibagi dua oleh suatu semenanjung yang bernama Lisan (=lidah) sehingga masing-masing bagiannya tidak sama besarnya. Bagian lebih kecil, di sebelah selatan merupakan semacam danau garam sedalam 6-8 m. Diduga bahwa di bagian danau itulah dulu terletak Lembah Sidim, ketika Sodom dan Gomora dibakar dengan api dari langit. (bdk. Kej 14:3; 19:24-28). Ciri paling khas dari Laut Mati ini adalah banyaknya kadar garam yang mencapai 24-26 %, tiga kali lebih banyak dari samudera pada umumnya. Air Laut Mati menyimpan banyak mineral, antara lain magnesium klorida, kalsium klorida, magnesium bromida, sodium dan potasium. Semua mineral itu menjadi bahan industri kimia setempat yang berkembang dengan baik. Lumpur hitam yang dihasilkan oleh laut ini berkhasiat menyembuhkan penyakit, khususnya penyakit kulit dan otot. Karena konsentrasi garamnya sangat tingi, di dalam Laut Mati tidak ada kehidupan. Ikan yang terbawa ke dalamnya, langsung mati. Dari sebelah timur, laut ini dikelilingi oleh gunung-gunung tinggi dengan Gunung Moab yang menjadi puncaknya yang tertinggi. Di sebelah barat, Laut Mati diapit oleh Gurun Yudea. Kini permukaan laut mati semakin menurun, terutama karena kepentingan irigasi. Karena beratnya air Laut Mati rata-rata mencapai 1.119, maka orang tidak dapat tenggelam di dalamnya, malah justru mengambang.

Nazareth_Panorama_Dafna_Tal_IMOT_(14532097313)
Nazaret Masa Kini

Nazaret terletak di dataran tinggi dan kini merupakan kota terbesar di Galilea Selatan. Tetapi Nazaret sekarang sangat berbeda dengan Nazaret semasa kehidupan Yesus. Nazaret Lama terletak di pusat kota masa kini, di tempat berdirinya Basilika Kabar Baik, biara OFM serta Gereja St. Yosef. Di sekitar Nazaret terdapat bukit-bukit yang bentuknya mirip sekuntum bunga ( nezer dalam bahasa Ibrani ; kata ini barangkali berkaitan dengan nama kota ). Sekarang Nazaret didiami oleh orang-orang Arab yang beragama Kreisten ataupun Islam. Umat Kristen Nazaret meliputi orang-orang Ortodoks, Katolik Roma, Katolik-Yunani, Maronit, Anglikan, Koptik, Armenia, Baptis dan beberapa denominasi Kristen lain. Di tempat paling tinggi di nazaret masa kini telah dibangun Nazaret Illit  ( Nazaret Atas ) yang dihuni oleh orang-orang Yahudi saja.

Nazaret semasa Kehidupan Yesus

Dua puluh abad yang lalu, di Nazaret tinggal Yosef dan Maria, dan di situ pula Yesus menghabiskan masa mudanya hingga usia sekitar 30 tahun. “Ia tinggal di kota yang bernama Nazaret. Dengan demikian terjadilah apa yang dikatakan oleh Nabi-nabi mengenai anak itu : ‘Ia akan disebut Orang Nazaret’ (Mat 2 : 26). Pada masa itu Nazaret merupakan sebuah kota kecil dan bernama buruk, sehingga Natanael yang berasal dari Kana, kota tetangganya, pernah berkata, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret ? (Yoh 1:46). Yesus sendiri tidak dipahami oleh penduduk-penduduk kotanya, sehingga Ia berkata, ‘Ingatlah, tidak ada Nabi yang dihormati di kampung halamannya sendiri’ (Luk 4:24). Para warga Nazaretlah yang menjadi orang-orang pertama yang berusaha membunuh Yesus. Karena Yesus berani mengkritik dan berbicara dengan wibawa,’Mereka bermaksud dia ke dalam jurang. Tetapi Yesus menerobos orang banyak itu lalu pergi ‘(Luk 4:29-30).  Sesudah peristiwa itu, Yesus meninggalkan Nazaret dan pergi ke Kapernaum yang menjadi tempat utama kegiatannya di Galilea. Tetapi Nazaret dikenal di seluruh dunia sebagai tempat yang dipilih Allah untuk memberitahukan kelahiran PutraNya (Luk 1:26-35), dan tempat Sabda Allah menjadi manusia (Yoh 1:14).

Perkembangan agama Kristen di Nazaret

Nazaret dihancurkan oleh Vespasianus pada tahun 66 Masehi, dan sesudah pemberontakan Bar-Khoba gagal (tahun 135 Masehi), kota itu didiami oleh banyak orang Yadudi yang melarikan diri dari Yudea ke Galilea. Jadi, pada abad-abad pertama Masehi, Nazaret dihuni oleh orang-orang Yahudi saja. Di dekat  Rumah Maria ditemukan bekas-bekas sinagoga umat Kristen-Yahudi dari abad II. Inilah gereja pertama di Nazaret. Bersamaan dengan menguatnya kekeristenan di Kekaisaran Romawi, bertambahlah pula jumlah orang Kristen yang tinggal di Nazaret. Sejak abad IV, di tempat-tempat yang berhubungan dengan kehidupan Yesus dan Maria mulailah dibangun gereja. Gereja kedua dibangun di jaman Bizantium (abad V), di tampat sinagoga-gereja pertama. Gereja itu dihancurkan oleh tentara Persia pada tahun 614. Pada tahun 629, orang-orang Yahudi diusir dari Nazaret oleh Kaisar Heraclius karena pada tahun 614 mereka bergabung dengan orang-orang Persia yang melawan umat Kristen. Pada awal abad XII, semasa Perang Salib, di atas sisa Rumah Maria didirikan sebuah basilika besar, gereja ketiga, yang gayanya mirip gereja-gereja Katedral Eropa zaman itu. Basilika itu lebih besar daripada yang berdiri sekarang. Tetapi b asilika itu dirubuhkan pada tahun 1263, dan sesudahnya Nazaret berada di tangan umat Islam selama 400 tahun. Sejak tahun 1620 keluarga-keluarga Kristen mulai bertempat tinggal di Nazaret lagi. Gereja keempat yang berukuran kecil, didirikan pada thaun 1730 oleh para biarawan OFM, lalu diperluas pada tahun 1877. Gereja itu kini diganti dengan sebuah basilika megah yang pembangunannya diselesaikan pada tahun 1969. Inilah gereja kelima di tempat Maria menerima kabar dari malaikat. Bangunan itu dirancang oleh arsitek Prof. Giovanni Muzio dari Italia. Ciri khas basilika kini ialah bahwa di bawah bangunan megahnya tetap terpelihara sisa-sisa gereja kuno. Pada tanggal 5 Januari 1964, basilika ini dikunjungi Paus Paulus VI.

Gereja Kabar Baik bagian bawah

Di bagian bawah Gereja Kabar Baik terdapat sebuah gua yang secara tradisional ditunjuk sebagai tempat Maria menerima kabar baik dari Malaikat Gabriel. Pada altar dari marmer dalam gua ini terdapat tulisan Latin, Verbum caro hic factum est, yang berarti, “Di sini Sabda telah menjadi daging”. Di sebelah kanan altar ini ada sebuah tiang, di mana dulu, menurut tradisi, berdiri Malaikat Gabriel pada saat ia berjumpa dengan Maria. Di gua itu dapat dilihat grafitti, artinya ukiran-ukiran pada cadas, berupa salib, seruan Yunani XE MAPIA (baca : khaire Maria) dan lain-lain.

Sumur Maria

Sumur ini (dalam bahasa Arab : Ain Sitti Mariam) merupakan salah satu tempat yang paling otentik di Tanah Suci. Inilah satu-satunya sumur di Nazaret dulu sampai sekarang. Yesus maupun Maria, ibuNya, setiap hari menimba air dari sumur itu. Sejak abad kedua, di samping sumur Maria berdiri kapel Gereja St. Gabriel, milik umat Ortodoks-Yunani. Umat itu yakin bahwa Malaikat Tuhan menampakkan dirinya kepada Maria pada waktu ia menimba air dari sumur itu.

Gereja St. Yosef

Sekitar 200 m ke arah timur laut dari Basilika Kabar Baik, pada tahun 1914 didirikan Gereja St. Yosef. Pada tahun 1950, A. Della Tore menghiasi tembok-temboknya dengan beberapa lukisan yang menggambarkan kehidupan Keluarga Kudus, Mempi St. Yosef serta Kematian St. Yosef. Di bagian bawah gereja ini dapat disaksikan tempat pembaptisan (baptisterium) Kristen dari abad-abad pertama, gua-gua serta tempat penampungan air / gandum yang digabungkan pada bangunan gereja ini dalam abad V-VI.  

image (2)
Qumran-1620x1080
Kaum Esseni

Tidak jauh dari Yerikho dan Ein Gedi dapat disaksikan reruntuhan semacam kompleks yang sejak abad I sebelum Masehi sampai dengan abad I Masehi didiami oleh sebuah sekte Yahudi yang cenderung hidup penuh tapa. Nama sekte ini ialah Esseni. Kompleks di Qumran adalah markas besar mereka. Namun perlu diketahui bahwa para Esseni tinggal juga di berbagai kampung dan kota Palestina zaman dulu, bahkan mungkin di perantauan. Jumlah mereka mencapai sekitar 4 ribu anggota. Pada umumnya mereka hidup selibater (=tidak kawin), menolak poligami maupun perceraian. Calon sekte ini harus menempuh berbagai macam ujian dan bila lulus, diizinkan mengikuti pembasuhan ritual yang sangat dipentingkan oleh sekte ini. Sehabis 2 tahun semacam novisiat yang diakhiri dengan mengucapkan sumpah, calon menjadi anggota penuh. Ciri khas para anggota sekte ini adalah kebersamaan harta. Hujat melawan Allah atau Musa dihukum dengan hukuman mati. Pada umumnya para Esseni bekerja sebagai petani, hidup saleh, sederhana dan jujur. Karena mereka wajib menjaga rahasia mengenai ajaran, organisasi dan kitab mereka, maka para ahli tidak memiliki cukup banyak bahan untuk mengenal sekte ini secara mendalam. Para Esseni wajib mempelajari kitab-kitab suci sambil merenungkan rencana Allah. Dalam banyak hal mereka lebih ketat dari kaum Farisi. Mereka tidak pernah pergi ke Bait Suci di Yerusalem ataupun mengunjungi rumah-rumah ibadah, walaupun mereka tetap menyumbangkan sebagian hasil bumi kepada Bait Suci. Diduga bahwa mereka tidak pernah mempersembahkan korban binatang.

 Gua-gua Qumran

Qumran menjadi terkenal, karena di wilayah markas besar para Esseni, pada tahun 1947, secara sangat kebetulan ditemukan sejumlah naskah kuno yang sangat berharga bagi sejarah. Gulungan-gulungan pertama ditemukan oleh seorang gembala yang sedang mencari kambingnya yang hilang. Ia sampai ke salah satu gua, mengambil batu dan melemparnya ke dalam gua, karean mengira kambingnya ada di situ. Lalu terdengarlah bunyi pecahnya sebuah tempayan. Keesokan harinya gembala itu masuk ke dalam gua, lalu melihat bahwa di dalam tempayan itu ada gulungan naskah. Dalam gua pertama itu ditemukan 8 tempayan. Sejak itu para ahli menyelidiki daerah itu dengan saksama, dan hasilnya sungguh menakjubkan : ditemukan banyak gulungan berbagai Kitab Perjanjian Lama, ataupun sisa-sisanya, serta naskah-naskah lain. Sampai sekarang ditemukan sekitar 600 macam naskah yang berbeda-beda di dalam 11 gua. Naskah itu diabadikan di atas kulit atau daun papirus atau malah pada lempengan tembaga. Ternyata semua gulungan dan naskah itu disimpan di dalam beberapa gua oleh kaum Esseni. Mereka melakukannya menjelang tentara Roma di bawah pimpinan Jenderal Titus menyerang Yerusalem pada tahun 68 untuk menumpas pemberontakan Yahudi. Tidak lama setelah itu para Esseni dibantai oleh tentara Romawi.

 Ain Feshka

3 km jauhnya dari Qumran terletak mata air. Wilayah sekitarnya dipakai dulu oleh kaum Esseni sebagai tanah pertanian. Pada tahun 1958 ditemukan di sini gudang-gudang yang dipakai oleh komunitas Esseni. Di masa kini, Ain Feshka menjadi tempat istirahat yang ideal bagi banyak turis.

Tabgha
image (1)
Tabgha_BW_5
1024px-Church_of_the_Multiplication_in_Tabgha_by_David_Shankbone
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
tabgha-holy-land-tours
Heptapegon

Di zaman kuno, tempat yang kini dikenal sebagai Tabgha, dulu bernama Heptapegon, artinya Tujuh Mata Air. Menurut tradisi Kristen yang amat tua, wilayah di sekitar Tabgha paling disukai oleh Yesus. Gema tradisi ini dapat ditemukan dalam sebuah dokumen yang dikenal sebagai Catatan perjalanan Eteria yang berziarah ke Tanah Suci pada tahun 393-396. Eteria bercerita bahwa tidak jauh dari Kapernaum dapat dilihat tangga batu yang pernah diinjak oleh Tuhan Yesus. Di situ terdapat pula padang rumput dengan banyak pohon palem. Di dekatnya ada tujuh mata air, yang berlimpah-limpah airnya. Di padang rumput itulah Yesus mengenyangkan khalayak dengan lima roti dan dua ikan. Cadas, tempat Tuhan menaruh roti itu, telah diubah menjadi altar. Dekat tembok gereja ada sebuah jalan; di jalan itulah Matius duduk sebagai pemungut cukai. Di bukit yang berdekatan ada sebuah gua. Di atas gua itu Tuhan menyampaikan sabda-sabda bahagia.

Gereja Penggandaan Roti

Sesuai dengan laporan Eteria, Yesus memang mempergandakan roti dan ikan di tempat yang kini disebut Tabgha. Hal ini terbukti dari penggalian arkeologis yang dilakukan di situ. Peristiwa penggandaan roti ajaib itu dilestarikan dengan didirikannya sebuah gereja pada awal abad IV. Tetapi karena gereja pertama itu hancur akibat gempa bumi dahsyat pada tahun 419, maka pada pertengahan abad V dibangunlah gereja kedua dalam bentuk basilika. Diketahui bahwa gereja kedua itu panjangnya 30 m dan lebarnya 20 m. Gereja itu dihiasi dengan mosaik-mosaik yang indah. Burung yang digambarkan pada mosaik itu melambangkan manusia, ular melambangkan setan, sedangkan burung flamingo melambangkan Kristus. Mosaik yang mengabadikan penggandaan roti (bakul berisi roti dan ikan), dapat disaksikan di depan altar; dibuat pada abad V atau VI. Gereja yang ada sekarang, dibangun atas fundamen konstruksi dari zaman Bizantium. Gereja ini maupun biara di sampingnya diurus oleh para biarawan OSB (St. Benediktus) dari Jerman. Seluruh kompleks ini dibangun berkat sumbangan umat Katolik Jerman.

Gereja Primat Petrus

Di pinggir Danau Tiberias, tidak jauh dari Gereja Penggandaan Roti, terdapat sebuah gerja mungil namun sangat mengesankan yang terletak di atas sebuah tanjung cadas. Gereja ini milik para biarawan OFM, dan dikenal sebagai Gereja Primat Petrus atau juga sebagai Gereja Penampakan Tuhan yang Telah Bangkit.  Disebut Gereja Penampakan Tuhan, sebab konon di tempat inilah Yesus yang sudah bangkit menampakkan dirinya kepada tujuh rasul yang sepanjang malam tidak berhasil menangkap ikan, namun atas perintah Yesus menangkap 153 ekor ikan. Sesudahnya Yesus mengadakan sarapan bersama para rasulnya. Kisahnya dapat dibaca dalam Injil Yohanes (21:1-14). Gereja ini disebut pula Gereja Primat Petrus, sebab sehabis sarapan, Yesus sebanyak tiga kali bertanya kepada Petrus, apakah ia mengasihinya. Setelah Petrus berkata, “Tuhan, Tuhan tahu segala-galanya, Tuhan tahu saya mencintai Tuhan” (Yoh 21:17), Yesus mempercayakan kepadanya tugas memimpin Gereja, sambil berkata, “Peliharalah domba-dombaKu. Kata primat adalah singkatan kata latin primatus yang searti dengan kedudukan utama/tertinggi, kekuasaan. Di dalam gereja yang mengabadikan peristiwa ini terdapat cadas di lantai yang dinamakan Mensa Christi (=meja Kristus), karena di situlah Yesus duduk makan ikan bersama para rasulNya. Gereja yang sekarang berdiri di tempat ini didirikan pada tahun 1934 di atas reruntuhan beberapa gereja sebelumnya.

image
Untitled-4-6
aerial-view-of-tel-aviv-and-sea-tel-aviv-israel-video
Kota Tel Aviv

Dalam bahasa Ibrani, nama Tel Aviv searti dengan Bukit Musim Semi. Kota ini terletak di pinggiran Laut Tengah dan didirikan pada tahun 1909 di sebelah utara Jaffa, di daerah yang pada waktu itu terlantar. Mula-mula daerah itu dihuni oleh 60 keluarga saja dan berkembang lamban. Tetapi seusai Perang Dunia II perkembangannya cepat. Kini kota keuda terbesar di Israel. Para penduduknya berjumlah sekitar 400 ribu, dan semuanya Yahudi saja. Di masa kini Tel Aviv adalah sebuah kota modern dengan banyak fasilitas yang pada umumnya dapat dinikmati dalam setiap kota jenis ini (universitas, teater, stadion, gedung kesenian, hotel dan lain-lain). Pusat perdagangannya ada di  Jalan Allenby. Karena didirikan baru pada abad XX ini, Tel Aviv tidak pernah disebut dalam Kitab Suci dan tidak berperan pula dalam sejarah Gereja.

Kota Jaffa dan Sejarahnya

Kota Jaffa (dalam Kitab Suci, namanya Yope) terletak di sebelah selatan kota Tel Aviv dan menyatu dengannya sejak tahun 1949. Sebuah legenda Semit menghubungkan nama kota ini dengan Yafet, anak Nuh. Kota ini berusia lebih dari 3600 tahun dan sejak lama sekali dikenal sebagai pelabuhan. Kayu aras dari Libanon yang semasa pemerintahan Raja Salomo dipakai untuk pembangunan Bait Suci di Yerusalem, diangkut dari pelabuhan ini (2 Taw 2:15). Hal yang sama dilakukan lima abad kemudian, semasa pemerintahan Raja Zerubabel (Ezr 3:7). Nabi Yunus bertolak dengan kapal menuju Tarsis dari pelabuhan Jaffa / Yope (Yun 1:3). Ketika kaum Makabe memberontak melawan Siria, 200 orang Yahudi ditenggelamkan di laut oleh para penduduk Jaffa. Sebagai balas dendam, Yudas Makabe (163 SM) membakar pelabuhan (2 Mak 12:3). Kota direbut kembali oleh Yonathan, saudara Yudas, lalu digabungkan dengan Yudea oleh Simon, saudaranya yang lain (1Mak 12:33-34). Pada tahun 66 sebelum masehi, kota dikuasai oleh tentara Roma di bawah pimpinan Pompeius, tetapi pada tahun 63, Pompeius menjadikannya kota independen. Pada tahun 47 sebelum Masehi, Yulius Caesar mengembalikan kota ini kepada bangsa Yahudi. Kota ini kehilangan peranannya setelah Raja Herodes Agung membangun pelabuhan saingan di Kaisarea (Maritim). Di zaman Bizantium (395-636), Jaffa tidak berperan. Ia mulai berkembang kembali semasa Perang Salib (1099-1291). Sejak tahun 1187, kota Jaffa dikuasai oleh kaum Muslim.

Nilai Kota Jaffa bagi Peziarah

Bagi para peziarah Kristen, Jafa penting, sebab berkaitan dengan Rasul Petrus. Ketika tinggal di rumah Simon, penyamak kulit, berkat penglihatan unik Petrus mengerti bahwa bagi orang-orang kafir pun harus dibuka pintu Gereja, sama seperti bagi orang-orang Yahudi (bdk. Kis 9:34;10:6,10-16;11:5-10). Di kota ini pun Petrus menerima delegasi yang dikirim dari Kaisarea oleh Kornelius, seorang perwira pasukan Romawi, yang minta Petrus datang ke rumahnya untuk memberitakan Injil (Kis 10:1, 7-8, 17-23). Di Jaffa pula Rasul Petrus membangkitkan Tabita / Dorkas (bdk. Kis 9:36-42). Tidak jauh dari mercu suar pelabuhan kota Jaffa berdiri sebuah masjid kecil yang oleh tradisi lokal dipandang sebagai bekas rumah Simon penyamak kulit. Di tempat lain, di luar kota, di tengah perkebunan, para penduduk Jaffa menunjukkan kuburan Tabita. Namun keotentikan kuburan itu sulit dibuktikan.

Gereja St. Petrus dan Gereja St. Antonius

Di bukit dekat laut berdirilah Gereja St. Petrus yang dibangun pada tahub 1888-1894 dan diurus oleh para biarawan OFM. Yang menarik di dalamnya ialah lukisan-lukisan karya P. Zarlan, kaca-kaca artistik karya J. Zettler dari Munchen dan membar kayu dengan adegan-adegan dari kehidupan St. Petrus. Di bagian kota yang dulu dihuni oleh orang-orang Eropa, pada tahun 1933 didirikan Gereja St. Antonius serta biara OFM. Jumlah orang Katolik ritus Roma agak kurang di Jaffa. Ada umat Katolik ritus Melkit (Yunani Katolik) dan Maronit. Ada juga umat Ortodoks Yunani, Kopt dan Protestan.

Tiberias  is a city on the western shore of the Sea of Galilee in the Lower Galilee. Established in 20 CE, it was named in honour of the emperor Tiberius.Tiberias has been venerated in Judaism since the middle of the 2nd century CE and since the 16th century has been considered one of Judaism's Four Holy Cities, along with Jerusalem, Hebron and Safed.In the 2nd-10th centuries, Tiberias was the largest Jewish city in the Galilee and the political and religious hub of the Jews of Palestine. According to Christian tradition, Jesus performed several miracles in the Tiberias district, making it an important pilgrimage site for Christians. Tiberias has historically been known for its hot springs, believed to cure skin and other ailments, for thousands of years.The picture shows an aerial view of the city. Photo by Itamar Grinberg.
tiberias-1670504_1920
st-primacy-1509427_1920

Nama Tiberias harus dikaitkan dengan Kaisar Tiberius. Kota ini dibangun pada tahun 21 Masehi oleh Raja Herodes Antipas untuk menghormati kaisar Romawi itu, lalu dijadikannya ibukota wilayah kekuasannya.