HomeCategory

Kota Suci Yerusalem

image-2-1030x773
Asal usul Jalan Salib

Sebelum disalibkan, Yesus dipaksa memanggul salib sambil melewati beberapa jalan Yerusalem. Peristiwa itu dinamakan Via Dolorosa, yang artinya Jalan Duka atau Jalan Salib. Dalam perjalanan menuju Golgota itu Yesus diikuti oleh ibuNya, beberapa wanita saleh serta murid yang dikasihiNya. Menurut legenda, tidak terlalu lama sesudah penyaliban Yesus, para pengikutNya mulai mengikuti jejak-jejak Yesus sampai ke Golgota. Nama Via Dolorosa menjadi populer sejak abad XVI. Jumlah stasinya, yaitu 14, ditetapkan oleh Ordo Fransiskan pada abad XIX. Via Dolorosa bermula di Benteng Antonia, tempat Yesus dihadapkan kepada Pilatus dan dihukum mati, menuju Kalvari yang dalam bahasa Yunani disebut Golgota, yang pada waktu itu terletak di luar tembok kota. Bagi setiap orang Katolik, jalan Salib merupakan salah satu kebaktian yang amat membantu lebih mengenal dan mengasihi Yesus yang mengorbankan segala sesuatu demi keselamatan umat manusia. Di Yerusalem, ibadah ini dipimpin setiap hari Jumat oleh para biarawan OFM dan diikuti oleh banyak peziarah. Stasi I-IX terdapat di jalanan menuju Basilika Makam Suci, stasi X-XIII ada di kapel Kalvari, sedangkan stasi XIV – di kapel Makam Suci.

Stasi I : Yesus dijatuhi hukuman mati

Stasi ini ada di Kapel Penyesahan, di mana menurut tradisi, Yesus diperiksa oleh Pilatus. Kapel ini sangat sederhana. Di dalamnya ada pelat-pelat kaca yang menggambarkan Yesus disesah (tengah), Pilatus membasuh tangan (kanan) dan pembebasan Barabas (kiri). Di langit-langit kaple, di atas altar, ada sebuah kubah dengan mahkota dari duri-duri emas yang diselingi bintang-bintang. Sesungguhnya Yesus dijatuhi hukuman mati di Lithostrotos. Namun Jalan Salib dimulai secara tradisional di halaman sebuah sekolah (namanya : El Omariye) yang lokasinya kiranya termasuk daerah Benteng Antonia semasa Yesus disalibkan. Tangga asli yang dulu dinaiki oleh Yesus di tempat ini, telah dipindahkan oleh Santa Helena ke Roma. Tangga yang  bernama Scala Sancta itu sampai kini dapat disaksikan di Gereja Yohanes Lateran. Setelah Yesus dijatuhi hukuman mati, para serdadu menyesah dan menghinanya. Dalam Injil tercatat begini : “Sesudah mempermainkan dia, mereka membuka jubah ungu itu lalu mengenakan kembali pakaiannya sendiri. Kemudian ia dibawa ke luar untuk disalibkan (Mat 27:31)

Stasi II : Yesus memanggul Salibnya

Stasi ini terletak di seberang tempat tadi, di tembok Kapel Penyesahan. Selama Jalan Salib, kapel ini tidak dimasuki oleh para peziarah. Dalam Injil tercatat, Yesus keluar dengan memikul sendiri salibnya ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak. (Di dalam bahasa Ibrani disebut Golgota). Di sana Ia disalibkan; seorang di sebelah kiri, seorang di sebelah kanan dan Yesus di tengah-tengah (Yoh 19:17-18). Dekat stasi II ini terdapat sebuah lengkungan yang dikaitkan dengan Pontius Pilatus dan dengan ucapannya, Ecce Homo. Dalam Injil tercatat begini, Maka Yesus keluar dengan memakai mahkota duri dan jubah ungu. Pilatus berkata kepada mereka, “Lihatlah orang itu” (Yoh 19:5). Lengkungan Ecce Homo ini dibuat oleh Kaisar Hadrianus pada tahun 135 untuk mengabadikan kemenangannya atas kota Yerusalem. Lengkungan asli terdiri dari 3 bagian : lengkungan sentaral yang terbentang di atas Via Dolorosa, lengkungan kiri yang kini tidak ada lagi, dan lengkungan kanan yang kelihatan sampai sekarang di sebelah dalam Gereja Suster-suster Sion. Di dalam gereja ini terdapat sisa lantai dari zaman Romawi yang disebut Lithostrotos. Pada lantai kuno itu terukir gambar permainan; menurut tradisi Kristen para serdadu Romawi membuang undi untuk menentukan siapa berhak mendapat jubah Yesus. Beberapa langkah sesudahnya terdapat sebuah kapel di sebelah kiri yang disebut Penjara Yesus.

Stasi III : Yesus jatuh untuk pertama kalinya

Dalam Injil tidak tercatat bahwa Yesus jatuh selama ia memikul salibNya. Namun secara tradisional diterima bahwa ia pasti jatuh, bahkan berkali-kali. Tradisi ini secara tidak langsung didukung oleh berita Injil, bahwa serdadu-serdadu Romawi akhirnya memaksa Simon dari Kirene untuk ikut memikul salib Yesus. Mereka melakukannya, karena Yesus memang sudah kepayahan setelah mengalami sakratul maut di Getsemani, khususnya setelah disesah di Praetorium. Stasi III ini terletak di perempatan jalan menuju Gerbang Damaskus. Di tempat jatuhnya Yesus untuk pertama kalinya, pada tahun 1947 didirikan sebuah kapel kecil, milik gereja Armenia. Di dalamnya ada ukiran (karya pemahat Polandia) dalam marmer yang menggambarkan Yesus jatuh.

Stasi IV : Yesus berjumpa dengan BundaNya

Di samping stasi III ada pintu masuk ke halaman kompleks milik umat Katolik Armenia. Di dalamnya terdapat Gereja Bunda Maria yang disebut Spasmos (kiranya dari kata Yunani aspasmos yang berarti salam, perjumpaan) yang direnovasi pada tahun 1881. Stasi IV ini terletak di jalanan, di sebuah kapel kecil yang dibuat pada tahun 1957. Di altar yang dibuat dari marmer putih terdapat ukiran karya pemahat Polandia yang menggambarkan pertemuan Yesus dengan bundaNya.

Stasi V : Simon dipaksa memanggul salib Yesus

Dalam Injil tercatat, Di tengah jalan mereka memaksa seorang memikul salib Yesus. Orang itu kebetulan baru dari desa hendak masuk ke kota. Namanya Simon – berasal dari Kirene – ayah  dari Aleksander dan Rufus (Mrk 15:21). Menurut tradisi Kristen yang sangat meyakinkan, baik Simon maupun keluarganya di kemudian hari menjadi pengikut Yesus. Stasi ini dilengkapi dengan kapel milik biarawan OFM yang tidak jauh letaknya dari gereja Bunda Maria Spasmos. Dalam Injil Yohanes tidak ada satu catatan pun mengenai Simon dari Kirene.

Stasi VI : Veronika menyeka wajah Yesus

Dalam jarak sekitar 80 langkah dari stasi V terdapat sebuah kapel Katolik Yunani (Melkit) yang dijadikan stasi VI untuk mengenang tindakan seorang wanita saleh yang dengan berani maju ke arah Yesus dan menyeka wajahnya yang berlumuran darah. Menurut tradisi, tindakan itu diganjar oleh Yesus secara ajaib : pada kain yang dipakai wanita itu membekas wajah Yesus. Sejak tahun 707, kain itu disimpan di Basilika St. Petrus. Nama Veronika searti dengan vera icona, yaitu : gambar asli / otentik. Tindakan wanita itu mengilhami terciptanya sebuah mosaik di kapel ini. Menurut Injil, Jalan Salib Yesus diikuti sejumlah besar orang, di antaranya ada juga beberapa wanita. Wanita-wanita itu menangisi dan meratapi Yesus (Luk 23:27).

Stasi VII : Yesus jatuh untuk kedua kalinya

Mulai dengan stasi VI, jalannya semakin menanjak (memasuki pusat pasar) dan hal ini merupakan gangguan tambahan bagi Yesus yang pada waktu itu sungguh kepayahan. Maka di tempat itu, menurut tradisi, Yesus jatuh untuk kedua kalinya. Di tempat itu terdapat sebuah kapel kecil milik biarawan OFM. Di seberang stasi VII dulu berdiri Gerbang Penghakiman yang harus dilewati Yesus untuk keluar dari kota. Konon salinan hukuman mati, sesuai dengan adat zaman itu, dipaku pada salah satu tiang yang berdiri di situ.

Stasi VIII : Yesus dan para wanita Yerusalem

Menurut Injil Lukas, Yesus berpaling kepada wanita-wanita yang menangisinya, sambil berkata, Wanita-wanita Yerusalem ! Janganlah menangisi aku. Tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu. Sebab akan datang waktunya orang akan berkata, Alangkah beruntungnya wanita-wanita yang tidak pernah mengandung, yang tidak pernah mempunyai anak dan tidak pernah menyusui bayi ! Pada waktu itulah orang akan berkata kepada gunung-gunung, Timpalah kami ! Dan kepada bukit-bukit, Timbunilah kami ! Sebab kalau terhadap kayu yang masih hidup, orang sudah berbuat seperti ini, apa pula yang akan dilakukan mereka terhadap kayu yang sudah kering ! (Luk 23:28-31). Stasi ini terletak sekitar 30 m ke arah barat dari kapel stasi VII dan ditandai dengan sebuah salib hitam yang ditempatkan pada tembok biara Ortodoks; biara itu dibawah perlindungan St. Karalambos.

Stasi IX : Yesus jatuh untuk ketiga kalinya

Stasi ini tidak jauh letaknya dari stasi VIII. Tandanya berupa sebuah tiang dekat pintu gerbang biara Kopt, di belakang Makam Suci. Lima stasi selanjutnya terdapat di Basilika Makam Suci.

Stasi X : Pakaian Yesus ditanggalkan

Tangga menanjak menuju sebuah kapel, di mana menurut tradisi kuno, pakaian Yesus ditanggalkan (selanjutnya bacalah penjelasan lebih rinci mengenai Stasi X-XIV dalam bab Basilika Makam Suci).

Stasi XI : Yesus dipaku pada kayu salib

Stasi X dan XI terdapat di kapel Kalvari pertama, di sebelah kanan, yang diurus oleh para biarawan OFM. Peristiwanya digambarkan pada lukisan di altar. Di dalam kapel ini terdapat tiga mosaik yang menggambarkan penyaliban Yesus, wanita-wanita saleh bersama Yohanes memandang Yesus yang sudah disalibkan dan pengorbanan Ishak, lambang Kristus. Pada enam lukisan digambarkan berbagai adegan sengsara Yesus. Pada dian-dian kaki dari perunggu pun digambarkan macam-macam adegan Jalan Salib Yesus.

Stasi XII : Yesus Wafat di Salib

Di bagian atas tempat Yesus dulu disalibkan, kini berdiri sebuah altar milik Gereja Ortodoks Yunani.

Stasi XIII : Jenazah Yesus diturunkan dari salib

Stasi XII-XIII terdapat di kapel Kalvari kedua yang diurus oleh Gereja Ortodoks Yunani. Kapel ini didirikan tepat di atas cadas, tempat Yesus wafat. Stasi XII terletak di depan altar, sedangkan stasi XIII terbatas pada sebuah altar kecil (di antara dua kapel) yang dipersembahkan kepada Bunda Maria Berdukacita. Altar ini milik para biarawan OFM yang setiap hari mengadakan misa kudus pada altar tersebut.

Stasi XIV : Jenazah Yesus dimakamkan

Stasi ini terdapat di dalam kapel Makam Suci yang panjangnya 8,30 m dan lebarnya 5,90 m.

prayer-650426_1920
072640900_1585712336-20200401-Tembok-Ratapan-Yerusalem-Dibersihkan-Cegah-COVID-19-5

Tembok di sebelah barat Bait Suci Yahudi disebut Tembok Ratapan. Menurut tradisi para rabbi, tempat ini dalam arti tertentu berperan sebagai pengganti Bait Suci. Di sinilah orang-orang Yahudi berkumpul untuk berdoa sejak zaman dahulu kala. Blok-blok batu berukuran besar sekali dari zaman Herodes Agung I terletak satu di atas yang lain tanpa perbaikan selama kurang lebih dua ribu tahun. Selama Yerusalem berada di bawah kuasa Yordania (1948-1967), orang-orang Yahudi tidak dapat berdoa di tempat ini. Tetapi setelah Yerusalem dipersatukan kembali, orang-orang Yahudi merubuhkan semua gubung di sekitar tembok ini, lalu membuka sebuah lapangan raya di sekelilingnya, sehingga sekarang mereka dapat berdoa dan berkumpul di sini dengan leluasa. Tembok Ratapan merupakan suatu atraksi tersendiri, sehingga selalu dikunjungi banyak Turis. Pada setiap jam, siang dan malam, tanpa peduli akan musim, di dekat tembok ini dapat dijumpai orang-orang Yahudi yang berdoa dan kadang-kadang memasukkan gulungan-gulungan kertas kecil ke dalam celah-celah batu. Pada gulungan kertas itu dicatat ujud doa. Tembok ini disebut Tembok Ratapan, sebab pada tembok inilah orang-orang Yahudi sampai sekarang meratapi kehancuran Bait Suci sambil berharap bahwa suatu ketika Bait Suci akan dibangun kembali.

Makam Daud

Di dekat Basilika Tertidurnya Bunda Maria terdapat Senakel, artinya Ruangan Perjamuan Terakhir. Tempat ini sangat dihormati oleh seluruh umat Kristen, sebab di situlah Yesus mengadakan Perjamuan Terakhir menjelang wafatNya sambil mengadakan sakramen ekaristi dan imamat. Di situ pula Yesus yang telah bangkit menampakkan dirinya kepada para rasulnya, dan di situlah Roh Kudus turun atas para rasul dan sejumlah anggota Gereja masa awal. Peristiwa Perjamuan Terakhir dapat dibaca dalam Injil Matius (26:17-25), Markus (14:12-21) dan Lukas (22:7-14, 21-23). Ruangan itu cukup besar dan terletak di bagian atas rumah. Inilah sebabnya rumah itu dari dulu disebut “Induk segala gereja”; rumah itu terdiri dari dua kapel, bawah dan atas. Di tempat itu pula menjelang Perjamuan Terakhir, Yesus membasuh kaki para rasulnya (Yoh 13:21-30). Menurut Kisah Para Rasul, di ruangan Senakel diadakan pemilihan rasul pengganti Yudas (Kis 1:15-26). Pada waktu itu Petrus untuk pertama kalinya tampil sebagai pemimpin Gereja. Senakel boleh dipandang sebagai tempat pertama ibadah umat Kristen. Misa diadakan di sini tanpa henti-hentinya sejak zaman para rasul sampai pertengahan abad XVI. Di sekitar tahun 135 masehi, di dekat Senakel telah didirikan sebuah bangunan yang kini disebut Makam Daud. Di tempat itu umat Kristen berkumpul dulu untuk mengadakan ibadah harian. Senakel dikhususkan untuk perayaan ekaristi saja. Pada abad IV, dekat Senakel didirikan sebuah basilika baru yang bernama Sion Suci. Di dalam basilika itu dihormati Tiang Penyesahan Yesus, relikui St. Stefanus, martir pertama yang ditemukan pada tahun 415; pada tgl. 25 Desember dirayakan peringatan Raja Daud serta St. Yakobus, uskup pertama Yerusalem. Basilika itu dihancurkan oleh tentara Persia pada tahun 614, lalu dibangun kembali, dan akhirnya dirubuhkan lagi oleh tentara Islam. Pada waktu para pejuang Perang Salib datang ke Yerusalem, basilika itu sudah hancur sama sekali. Yang luput dari kehancuran ialah “ruangan atas” saja. Lalu mulai dibangun basilika baru, indah dan besar. Pada tahun 1187, setelah Yerusalem dikalahkan oleh Saladin, Senakel diserahkan kepada tangan Siria. Para peziarah boleh mengunjunginya, sedangkan para imam Katolik boleh mempersembahkan misa di dalamnya. Tetapi basilika yang didirikan semasa Perang Salib, karena tidak terpelihara, hancur juga akhirnya. Pada abad XIV, pemeliharaan atas Senakel diserahkan kepada Ordo OFM. Sejak itu pimpinan OFM di Yerusalem bergelar “Guardian Bukit Sion”. Para biarawan OFM bertahan di sini selama seabad saja. Umat Muslim, berdasarkan tradisi Yahudi bahwa di tempat itu dimakamkan Nabi Daud, mendesak supaya tempat itu diserahkan kepada mereka. Padahal dapat dipastikan bahwa Daud tidak pernah dimakamkan di situ. Sejak tahun 1551 para biarawan OFM terpaksa meninggalkan tempat suci ini. Senakel diubah menjadi masjid untuk menghormati Nabi Daud. Orang-orang Kristen maupun Yahudi tidak boleh masuk ke dalamnya, dan larangan itu berlaku hingga tahun 1948. Namun sampai sekarang umat Katolik tidak pernah diizinkan merayakan misa di tempat ini. Bangunan yang dapat disaksikan sekarang masih mempertahankan susunan berlantai dua. Ruangan atas (15.30 m x 9.40 m) terbagi dua oleh tiga tiang. Inilah ruangan ekaristi pertama, ruangan diadakannya sakramen imamat Perjanjian Baru. Di sudut barat daya ruangan ini terlihat tangga yang mempersatukan kedua lantai. Di sebelah timur ruangan ini ada 8 anak tangga yang menuju ke kapel di mana Roh Kudus turun atas para rasul pada hari Pentakosta. Para pejuang Perang Salib secara simbolis menempatkan di sini sebuah makam untuk menghormati Raja Daud, tetapi mereka melakukannya karena sejak awal kekristenan raja itu diperingati di sini secara liturgis. Pada tahun 1928 di tembok sebelah selatan dibuat mihrab, tempat kiblat para pendoa beragama Islam. Ruangan bawah terbagi dua juga. Di bagian barat, dulu Yesus membasuh kaki para rasulnya, sedangkan di bagian timur Yesus menampakkan dirinya sesudah bangkit.  Walaupun orang-orang Yahudi tahu bahwa tempat ini tidak mungkin pernah dipakai sebagai makam Raja Daud (ia pasti dikuburkan di sebelah selatan Bukit Ofel), mereka menghiasi tempat ini dengan panji-panji keagamaan mereka dan menjadikannya tempat kultus nasional. Makam Daud dibuat dari batu, diselubungi dengan kain khusus berwarna merah dengan motif  “bintang Daud” dan dilengkapi dengan beberapa mahkota perak yang dulu dipakai pada pucuk Penutup Gulungan Taurat. Semua hiasan ini dibawa ke sini dari berbagai sinagoga yang dihancurkan oleh Nazi. Orang-orang Yahudi berdoa di sini sepanjang tahun, khususnya pada hari raya Shevat, hari kematian Daud.

F170711GA43

Tidak jauh dari kompleks universitas di Yerusalem terdapat  Museum Israel  yang didirikan tidak lama sesudah Israel memproklamasikan kemerdekaannya pada tahun 1948. Museum ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama yang ada di gedung utama berisi karya-karya seni keagamaan serta lukisan-lukisan. Di antara mosaik dan fresco kuno ada pula lukisan-lukisan para seniman modern, antara lain Picasso, Masson, Chagall. Di sini dapat pula disaksikan sebuah sinagoga dari abad XVII yang dipindahkan ke sini dari kota Vittorio Veneto di Italia. Bagian Kedua, dalam gedung yang sama, dikhususkan bagi benda-benda penemuan arkeologis di Israel. Di sini dapat disaksikan banyak peninggalan kuno yang ditemukan di tanah Israel. Bagian Ketiga yang merupakan bangunan tersendiri dengan arsitektur khusus disebut Hekhal Ha Sefer (Inggrisnya : The Shrine of the Book, artinya : Tempat Suci Kitab). Dari luarnya gedung ini tampak seperti penutup guci / tempayan yang pada tahun 1947 ditemukan di Qumran. Dalam bagian ini, selain gulungan-gulungan dari Qumran, disimpan pula surat-surat Bar-Kokhba (tahun 132-135), perkamen kitab Yesaya, naskah-naskah dari Massada (tahun 70) serta tulisan-tulisan dan benda-benda kuno lain. Bagian Empat di halaman terbuka mencakup berbagai patung klasik dan moderen, termasuk karya seniman terkenal seperti H. Moore, Richier, Rodin, dan lain-lain.

tourism-3287159_1920

Di kompleks Hotel Holy Land para turis dan peziarah dapat menyaksikan sambil mengagumi sebuah karya istimewa berupa Maket Yerusalem Lama. Maket ini dikerjakan oleh Prof. Avi Yonah dari Universitas Ibrani yang kehilangan anaknya dalam Perang Sinai pada tahun 1956 (antara Mesir dan Israel). Maket itu dibuatnya demi mengenang putranya dan menggugah hati setiap orang Yahudi agar mereka sadar betapa besar perjuangan anak-anak mereka yang telah gugur. Maket itu dibuat berdasarkan petunjuk-petunjuk para ahli arkeologi. Yerusalem yang dapat dilihat pada maket itu menggambarkan situasi kota suci itu pada awal abad I Masehi. Seluruh maket itu dibuat dari bahan yang dulu dipakai untuk membangun masing-masing bangunan, yaitu marmer, kayu dan perunggu. Maket ini dikerjakan selama 7 tahun, dengan skala 1:50.

KidronValleyFromOldCity
Lembah Kidron

Peziarah yang memandang Lembah Kidron dari ketinggian Bukit Zaitun, langsung dapat menduga, mengapa lembah ini sejak dahulu kala membangkitkan emosi para penduduk Yerusalem. Lembah ini tampak menakutkan dan sangat miskin kehijauan. Di lembah ini terdapat sejumlah kuburan yang dibuat dalam cadas. Seluruh suasananya mengarahkan pikiran manusia pada alam baka. Menurut kepercayaan rakyat, pengadilan terakhir akan dilangsungkan di lembah ini. Menurut salah satu versinya, di atas lembah ini, mulai dari Tembok Kota Lama Yerusalem hingga Bukit Zaitun akan dibentangkan sebuah tali tipis yang harus dilalui setiap orang. Orang-orang benar akan sampai ke ujungnya, sedangkan para pendosa akan jatuh ke dalam lembah di bawahnya. Menurut tradisi Yahudi, Mesias akan datang dari sebelah Bukit Zaitun dan melalui Lembah Kidron akan sampai ke Bait Suci. Pada saat itulah semua orang mati akan bangkit dan akan dilangsungkan pengadilan terakhir atas segena umat manusia. Maka sejak berdirinya Bait Suci I (yang didirikan oleh Raja Salomo), orang-orang Yahudi mulai menguburkan orang-orang matinya di lereng lembah ini.

Beberapa Makam

Di Lembah Kidron dapat disaksikan beberapa makam, yaitu Makam Absalom, Makam Zakharia, dan Makam St. Yakobus. Sesungguhnya semua makam ini tidak berkaitan dengan tokoh-tokoh tersebut. Dalam makam Absalom dan Zakharia malah tidak pernah ada orang yang dikuburkan, sebab kedua bangunan itu didirikan sebagai monumen bagi orang-orang yang dimakamkan di kubur-kubur sekitarnya. Makam Absalom disebut juga Tugu Absalom. Dari kitab kedua Samuel diketahui bahwa Absalom, anak Raja Daud, adalah seorang pemberontak. Sewaktu masih hidup, ia telah membangun bagi dirinya sebuah tugu di Lembah Raja, sebab dia tidak mempunyai anak laki-laki untuk meneruskan keturunannya. Tugu itu dinamakan menurut namanya sendiri, dan sampai hari ini tugu ini dikenal sebagai Tugu Absalom (2Sam 18:18). Atap tugu ini dibuat menurut gaya Yunani, sehingga para arkeolog yakin bahwa tugu ini didirikan kira-kira 700 tahun sesudah meninggalnya Absalom. 50 m ke sebelah selatan dari Makam Abasalom terletak Makam Zakharia (disebut pula : Makam St. Yakobus) yang atapnya mirip piramida serta Makam Keluarga Ben Hezir.

Ofel, benteng orang Yebus

Nama Ofel diterapkan oleh Alkitab pada wilayah di sebelah Bait Suci. Dalam kitab kedua Tawarikh tercatat, Yotamlah yang membangun Pintu Gerbang Utara di Rumah Tuhan, dan memperkuat tembok Yerusalem di daerah yang disebut Ofel (2 Taw 27:3). Menurut Alkitab, di bukit ini, tepatnya di sebelah selatan, berdirilah benteng orang-orang Yebus yang dikalahkan oleh Raja Daud. Pada suatu hari Raja Daud dan anak buahnya berangkat hendak menyerang Yerusalem. Orang Yebus, penduduk kota itu, mengira bahwa Daud tidak akan dapat mengalahkan Yerusalem. Sebab itu mereka berkata kepadanya, Engkau tidak akan dapat masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang pincang pun sanggup mengusirmu. Daud berkata kepada anak buahnya, Adakah di sini orang yang membenci orang Yebus sama seperti aku membenci mereka ? Cukup bencikah dia sehingga ingin sekali membunuh mereka ? kalau begitu, masuklah melalui terowongan air dan seranglah orang-orang pincang dan buta yang kubenci itu. (Itulah sebabnya orang berkata, Orang buta dan orang pincang tidak boleh masuk Rumah Tuhan). Daud berhasil merebut benteng Sion dan mendudukinya. Ia menamakannya Kota Daud. Kota itu dibangunnya di sekeliling benteng itu, mulai dari sebelah timur bukit yang ditinggikan dengan tanah (2Sam 5:6-9).

Mata air St. Perawan Maria

Di kaki Bukit Ofel terdapat mata air kota Yerusalem yang oleh umat Kristen dinamakan Ain Sitti Mariam, dan oleh umat Islam Umm ad-Darag. Nama Muslim ini berkaitan dengan 32 anak tangga yang harus dituruni untuk sampai ke mata air tersebut. Air keluar dari cadas, tetapi hanya dua kali sehari pada musim dingin dan jarang pada musim panas. Mata air ini dikaitkan dengan lembah Gihon, tempat Salomo diurapi sebagai raja. Menurut kitab pertama Raja-raja, Daud memberi perintah, Panggillah para perwiraku dan pergilah dengan mereka kepada Salomo, putraku. Naikkanlah dia ke atas bagalku sendiri, dan bawalah dia ke mata air Gihon. Di sana Zadok dan Ntan harus melantiknya menjadi raja Israel (1Raj 1:33-34).

Kolam Siloe

Kolam Siloe didirikan oleh Raja Hizkia. Di dalamnya ditampung air yang mengalir dari Mata Air St. Perawan Maria. Air itu turun lewat kanal yang dibaut dalam cadas dan panjangnya sekitar 500 m. Bagi umat Kristen, kolam ini dikenal karena di situlah Yesus menyembuhkan seorang buta sejak lahir. Ceritanya dapat dibaca dalam Injil Yohanes (9:1-9). Kolam sekarang panjangnya 16 m, lebar 4 hingga 5 m, sedangkan dalamnya 6 m. Dulu di tempat ini berdiri sebuah gereja, tetapi dihancurkan oleh tentara Persia pada tahun 614, dan setelah itu tidak pernah dibangun lagi.

Lembah Hinnom

Lembah ini dikenal dari Alkitab sebagai Gehenna (Ibraninya : Ge-Hinnom), sebab di lembah inilah berdiri mezbah Molokh, dewa bangsa Ammon, yang dipakai untuk mengorbankan anak-anak kepadanya (bdk. 2Raj 23:10). Lembah ini kemudian dijadikan lambang neraka. Kata Yesus, Kalau matamu menyebabkan engkau berbuat dosa, cungkillah dan buanglah. Lebih baik engkau hidup dengan Allah tanpa satu mata daripada dibuang ke dalam api neraka (aslinya : Gehenna!) dengan kedua mata (Mat 18:9). Pada kesempatan lain, Yesus bersabda, Janganlah takut kepada mereka yang membunuh badan, tetapi tidak dapat berbuat lebih dari itu. Takutlah kepada Allah ! Sebab sesudah membunuh, Ia berkuasa juga membuang ke dalam neraka (aslinya : Gehenna !) Percayalah, Dialah yang harus kalian takuti (Luk 12:4-5).

Hakeldama

Nama Hakeldama diberi pada ladang yang dibeli oleh imam-imam kepala dengan uang perak yang diterima dan kemudian dikembalikan oleh Yudas (bdk. Mat 27:3-10). Tanah itu dipakai untuk kuburan orang-orang asing. Itulah sebabnya sampai hari ini tanah itu dinamakan “Tanah Darah” (aslinya : Hakeldama) (Mat 27:8)

gethsemane-556051_1920
olive-trees-108855_1920
Getsemani

Getsemani (nama lain: Kebun Zaitun) terletak di kaki Bukit Zaitun. Keaslian bentuk dan suasananya cukup dipertahankan sampai sekarang. Menurut Injil Lukas, pada waktu kunjungannya yang terakhir ke Yerusalem, Yesus mengajar di Rumah Tuhan pada siang hari, dan malam harinya ia pergi ke Bukit Zaitun dan tinggla di situ (Luk 21:37). Jadi, dengan meyeberangi Kidron, Yesus mendaki lereng Bukit Zaitun untuk mencari tempat penginapan di rumah keluarga sahabatnya di Betania (bdk. Mat 21:17) ataupun pergi langsung ke Getsemani yang kiranay menjadi milik salah seorang muridna. Lukas mencatan dalam Injilnya, bahwa sehabis Perjamuan Terakhir, Yesus pergi ke Getsemani seperti biasanya (Luk 22:39), sedangkan Yohanes menulis bahwa Yudas, pengkhianat itu, tahu tempat itu; sebab Yesus sudah sering berkumpul di situ dengan pengikut-pengikutNya (Yoh 18:2). Dulu seluruh Getsemani dikelilingi tembok yang disusun dari batu-batu. Taman itu penuh dengan pohon-pohon zaitun. Ada pula sebuah gua yang dipakai untuk bermalam serta peralatan untuk memproduksi minyak. Pada malam menjelang wafatnya, Yesus memasuki Getsemani dan menyuruh para rasulnya menunggu di gua, katanya, Duduklah di sini, sementara aku pergi berdoa (Mat 26:36). Pada malam itu, Yesus mengalami sejenis sakratulmaut yang dahsyat. Ia berdoa, Bapa, kalau boleh jauhkanlah daripadaku penderitaan yang harus kualami ini. Tetapi jangan menurut kemauanku ini, melainkan menurut kemauan Bapa saja. Peristiwa ini digambarkan di atas altar utama Gereja Getsemani. Karena sangat tertekan, Yesus didatangi seorang malaikat yang menguatkannya. Ia sangat menderita secara batin sehingga ia makin sungguh-sungguh berdoa. Keringatnya seperti darah menetes ke tanah (Luk 22:42-44). Menurut laporan Eteria yang berziarah ke Tanah Suci pada abad IV, di kaki Bukit Sion sejak dahulu ada sebuah gereja di tempat Yesus berdoa. Gereja kedua berdiri di tempat adanya gua. Tidak jauh dari gua itu Yesus didatangi Yudas yang menciumnya. Sesudah itu Yesus ditangkap dan dibawa kepada Mahkamah Agama Yahudi.

Gua Getsemani

Gua kapel itu terletak di sebelah arah Basilika Maria Diangkat ke Surga dan bentuknya tidak teratur. Panjangnya sekitar 17 m, lebarnya 9 m dan tingginya 5.30 m. Pada tahun 1955 dalamnya gua itu kena banjir lumpur, sehingga interiornya hancur. Kapel itu direnovasi pada tahun 1956 oleh para biarawan OFM. Sejak semula gua ini dipakai sebagai gereja. Para arkeolog telah menemukan sisa mosaik lantainya. Ternyata, di zaman dulu seluruh gua berlantai mosaik tersebut. Para pejuang Perang Salib mengisi kapel ini dengan lukisan-lukisan dan fresco.

Taman Getsemani

Di Taman Getsemani masa kini masih ada 8 pohon zaitun yang sudah sangat tua usianya. Para peziarah abad XIII dan XIV menyebut taman ini Ladang Bunga atau Taman Bunga. Setelah taman ini dikuasai oleh orang-orang Islam, tanahnya dibagi-bagi menjadi banyak kavling kecil. Para peziarah Kristen zaman dulu membeli di sini buah-buahan atau daun-daun zaitun ataupun bunga-bunga yang tumbuh di taman ini. Baru sejak tahun 1666 taman itu menjadi milik ordo OFM, lalu keseluruhannya dikelilingi tembok.

Basilika Segala Bangsa

Di tempat yang disucikan oleh Yesus dengan doa dan sakratul mautnya, di masa pemerintahan Kaisar Teodosius (379-395) didirikan sebuah basilika indah. Namun basilika itu paling dulu dihancurkan oleh tentara Persia. Pada waktu Perang Salib, di tempat itu dibangun sebuah gereja kecil demi penghormatan Juru Selamat Yang Mahakudus, tetapi gereja itu pun dirubuhkan oleh para musuh kekristenan. Akhirnya ibadah diadakan di gua yang sejak abad IV ditunjuk sebagai tempat Yudas mencium Yesus. Gereja yang dapat diziarahi sekarang, selesai didirikan menurut rancangan A. Barluzzi pada tahun 1924. Lantainya ditiru berdasarkan sisa mosaik yang ditemukan dari zaman Kaisar Teodosius. Di tembok luar gereja sekarang dapat disaksikan sebuah mosaik karya G. Bargellini yang bertema Yesus menguduskan segala macam derita manusia. Kaca-kaca di dalam gereja berwarna ungu menciptakan suasana remang-remang yang mengundang orang untuk berdoa dan bermeditasi. Mosaik-mosaik bermotif bunga di langit-langit diciptakan oleh  D. Archiardi; patung-patung oleh G. Tonnini, sedangkan hiasan-hiasan dari besi – oleh  A. Gerardi. Yang patut diperhatikan secara khusus ialah mosaik di atas altar utama yang menggambarkan Yesus sedang mengalami sakratulmautnya. Mosaik ini dibiayai oleh umat dari Hungaria. Mosaik yang menggambarkan penangkapan Yesus dibiayai oleh para serdadu dari Polandia. Mosaik yang menggambarkan pengkhianatan Yudas dibiayai oleh umat Irlandia. Teralis besi di sekeliling Cadas Sakratulmaut dibiayai oleh umat Australia. Berbagai sumbangan berharga dipersembahkan oleh beberapa bangsa demi memperindah gereja ini, yaitu oleh Amerika, Jerman, Kanada, Belgia, Inggris, Meksiko, Chile, Brasilia, Argentina (lambang negara-negara tersebut terdapat pada langit 12 kubah). Justru karena sumbangan universal itu, gereja ini diberi nama Gereja Segala Bangsa.

Cadas Tiga Rasul

Di sebelah kanan basilika terdapat sisa gereja Juru Selamat dari abad XII serta sebuah cadas, dimana menurut tradisi Yesus berkata kepada Petrus, Yakobus dan Yohanes, Tinggallah di sini dan berjagalah ! Kemudian Yesus pergi lebih jauh sedikit lalu tersungkur ke tanah dan berdoa (Mrk 14:34-35)

Gereja St. Maria Magdalena

Setelah keluar dari Getsemani, peziarah dapat mampir ke Gereja St. Maria Magdalena, milik umat Rusia. Gereja ini didirikan pada tahun 1888 oleh Tsar Aleksander III demi mengenang ibunya Maria Aleksandrowa, istri Aleksander II. Di dalam gereja ini terdapat banyak ikon serta kubur Putri Elisabet Fiodorowa yang dibunuh pada tahun 1918. Di sekitar gereja ada banyak kuburan orang Yahudi serta sisa jalan menuju puncak Bukit Zaitun. Atap gereja ini ditutup dengan sejenis kubah khas Gereja Ortodoks-Rusia.

Church_of_St_Anne_(Jerusalem)_(05)
Gereja St. Anna

Di sebelah kanan Gerbang Singa / St. Stefanus, peziarah dapat menyaksikan sebuah bangunan besar milik Kongregasi Imam Putih (White Fathers, diakui secara resmi pada tahun 1908) yang mempersiapkan calon imam untuk daerah misi. Di halaman biara dini berdiri Gereja St. Anna yang merupakan peninggalan dari zaman Perang Salib yang paling utuh (tahun 1142). Gereja ini panjangnya 34 m dan lebarnya 19.50 m. Pada tahun 1954, Para Imam Putih berhasil merenovasi gerejanya dan mengembalikan bentuk aslinya. Di bagian bawah gereja terdapat kapel di mana diperingati kelahiran Bunda Maria. Menurut sebuah kitab apokrip yang dikenal dengan nama Proto-Injil St. Yakobus, St. Perawan Maria konon dilahirkan di dekat Bait Suci di Yerusalem. Pada abad V, di tempat itu didirikan sebuah gereja. Pada waktu para pejuang Perang Salib datang ke Yerusalem, gereja itu sudah hancur, lalu dibangun kembali di tempat kini berdiri Gereja St. Anna. Di dekat gereja itu dibangun pula sebuah biara. Sejak tahun 1192, gereja itu dijadikan sekolah Islam dan tidak boleh dimasuki oleh umat Kristen. Baru pada abad XV, para biarawan OFM mendapat izin dari penguasa Islam untuk mengadakan misa di stiu pada tanggal 8 September (hari kelahiran Bunda Maria) dan pada tanggal 8 Desember (hari raya Bunda Maria Tak Bernoda). Pada tahun 1856 gedung kuno ini diserhakan kepada Perancis, lalu pada tahun 1878 pemeliharaannya dipercayakan kepada para Imam Putih. Waktu perang 6 hari, gereja ini mengalami banyak kerusakan, tetapi direnovasi pada tahun 1971 di bawah pimpinan Trouvelot dan Ch. Couasnon OP.

Kolam Betesda

Tidak jauh dari Gereja St. Anna dapat dikunjungi sisa Kolam Betesda yang disebut dalam Injil Yohanes, Di Yerusalem dekat “Pintu Domba” ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani dinamakan Betesda. Di serambi-serambi itu banyak orang sakit berbaring : ada yang buta, ada yang timpang, dan ada yang lumpuh. Mereka semua menunggu air di kolam itu bergoncang. Sebab adakalanya malaikat Tuhan turun ke dalam kolam itu dan menggoncangkan airnya. Dan  orang sakit yang pertama masuk ke dalam kolam itu waktu air bergoncang akan sembuh dari penyakit apa saja yang dideritanya (Yoh 5:2-4). Di kolam itulah Yesus menyembuhkan seorang lumpuh (bdk. Yoh 5). Dahulu kala kolam ini dipakai juga untuk memandikan hewan yang dipersembahkan kepada Allah di Bait Suci. 

1200px-ISR-2015-Jerusalem-Dormition_Abbey
DC4QwOWXoAAmEXa
HagiaMariaSionAbbey052209
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Makam Maria

Menurut tradisi Kristen, St. Maria, bunda Yesus, wafat dan dimakamkan di kota Yerusalem. Kedua tempat itu diabadikan dengan Basilika Dormitio di Bukit Zion, tidak jauh dari Senakel (Ruangan Perjamuan Terakhir), dan dengan Gereja Makam St. Maria di Lembah Kidron, tidak jauh dari Getsemani. Makam Maria sejak semula dihormati oleh jemaah Kristen-Yahudi. Sejak abad V, makam itu diurus oleh orang-orang Kristen bukan Yahudi. Semasa pemerintahan Kaisar Mauritius (582-602), di atas makam itu didirikan sebuah gereja lagi, sehingga makam semula menjadi kapel bawah tersendiri. Para pejuang Perang Salib yang telah merenovasi gereja, mempertahankan susunannya dan kedua bagiannya, yaitu atas dan bawah, tetapi menambahkan sebuah biara yang diserahkan kepada Ordo St. Benediktus (OSB). Biara itu mirip benteng, dan reruntuhannya ditemukan dekat gereja pada tahun 1937. Pada tahun 1187 biara dan gereja bagian atas dihancurkan oleh tentara Saladin, tetapi bagian bawah luput, karean orang-orang Islam juga menghormati Bunda Maria. Tempat ini selalu menjadi pusat ibadah Kristen di kota suci Yerusalem. Sejak abad XIV hingga XVIII para biarawan OFM mengadakan renovasi besar-besaran di tempat suci ini. Pada waktu itu, tempat ini memang dalam pengurusan mereka. Tetap pada tahun 1757 mereka disingkirkan dari sini dan pengawasan atas Makam Bunda Maria diserahkan kepada Gereja Ortodoks Yunani dan Armenia. Pada masa kini orang-orang Katolik boleh mengadakan ibadah di sini hanya 3 kali setahun, termasuk tgl. 15 Agustus, pada hari raya Maria diangkat ke Surga. Di sebelah kiri kapel makam ini ada altar St. Yoakhim dan Anna, orang tua Bunda Maria. Pada tahun 1161 di sini dimakamkan Ratu Melisenda, putri Baldwin I. Di sebelah kanan ada altar St. Yosef di mana dimakamkan Maria, istri Baldwin III serta Konstantia, ibu Pangeran Antiokhia.

Gereja Maria Diangkat ke Surga

Gereja ini berdiri di atas Makam Bunda Maria dan sama seperti Makam Maria, ditangani oleh Gereja Ortodoks Yunani.

Basilika Dormitio (Tertidurnya Bunda Maria)

Basilika ini berdiri di Bukit Sion, tidak jauh dari Senakel. Menurut suatu tradisi yang layak dipercaya, Bunda Maria tinggal di ruangan Senakel hingga hari “tertidurnya” (Latinnya : dormitio). Tradisi ini dibenarkan oleh Patriark Sofronius yang menggembalakan umat Yerusalem pada pertengahan abad VII. Dalam sebuah madah yang mengidungkan keagungan “Sion yang Suci” disebunya batu di mana Bunda Maria istirahat sebelum meninggal dunia. Dalam sebuah basilika yang didirikan oleh para pejuang Perang Salib dekat Senakel, peristiwa tertidurnya Bunda Maria dikenang juga. Namun dengan lajunya waktu, basilika itu hancur. Pada tahun 1898 tempat-tempat suci di Israel dikunjungi oleh Kaisar Jerman Wilhelm II. Tempat yang diyakini sebagai tempat tertidurnya Bunda Maria pada kunjungan itu dihadiahkan kepada Kaisar oleh Sultan Abdul Hamid. Yayasan Pro Palestina di Koln mulai mengumpulkan dana untuk mendirikan basilika. Pemeliharaan basilika yang diresmikan pada tahun 1910 diserahkan kepada Ordo St. Benediktus (OSB). Basilika ini dibangun menurut rancangan H. Renard. Sebagai bangunan kukuh, basilika ini mirip sebuah benteng Abad Pertengahan. Di dalamnya terdapat banyak mosaik, antara lain tanda-tanda zodiak. Di bawah basilika terdapat kapel, dan di tengahnya dibuat arca Bunda Maria yang sedang tertidur.

Bukit Sion

Dataran tinggi di sebelah barat Yerusalem kini disebut Bukit Sion. Namun aslinya nama itu milik benteng orang-orang Yebus. Sesudah benteng itu direbut oleh Raja Daud, ia menamakannya Kota Daud, sebagaimana tercatat dalam kitab kedua Samuel, Daud berhasil merebut benteng Sion dan mendudukinya. Ia menamakannya Kota Daud. Kota itu dibangunnya di sekeliling benteng itu, mulai dari sebelah timur bukit (2 Sam 5:9). Setelah Tabut Perjanjian dipindahkan ke bukit di mana kemudian didirikan Bait Suci, bukit itulah mulai disebut Sion atau Bukit Sion. Di zaman Herodes muncul keyakinan bahwa Daud mendirikan bagian barat Kota Yerusalem. Keyakinan itu dilestarikan dalam nama Menara Daud. Setelah Yerusalem dihancurkan oleh Roma, umat Kristen mulai tinggal di bukit bagian barat, sekitar Gereja Senakel. Maka bukit di mana terletak Senakel itu disamakan dengan Bukit Sion yang dikenal dari Alkitab. Sejak itu nama tersebut dipakai secara resmi. Namun Bukit Sion yang dikenal dari Perjanjian Lama sesungguhnya tidak sama dengan Bukit Sion menurut umat Kristen.