SEJARAH MESIR
Sekitar tahun 7000 SM, para pemburu dan pengembara dari Gurun Sahara berkumpul dan mulai bermukim di lembah Sungai Nil. Mereka terbagi menjadi suku-suku tersendiri dengan kepala suku yang berkuasa pada setiap suku-sukunya. Orang-orang Mesir awal mengembangkan banyak jenis kebudayaan dan agama. Dalam legenda Mesir kuno diceritakan bahwa Raja Menes menaklukkan Mesir bagian bawah (utara) dan menyatukannya dengan Mesir bagian atas (selatan) serta konon mendirikan salah satu kebudayaan terkuat dan tak terlupakan dalam catatan sejarah.
Dua dinasti pertama dari Pharaoh adalah dibawah kuasa dari Abydos. Lalu penggantinya, Pharaoh dari Old Kingdom (2650-2150 SM) membangun ibukota yang baru, Memphis pada tahun 2600 SM. Berturut-turut para Pharaoh penerusnya mengatur pembangunan sistem pengairan yang canggih serta monumen-monumen yang megah hanya dengan menggunakan keahlian dari para petani yang menjadi Wajib Tenaga Kerja. Banyak dari para orang-orang kuno, termasuk orang-orang Mesir sendiri memandang daerah ini sebagai Puncak dari Kebudayaan Mesir Kuno. Para petinggi dari kerajaan ini ( Old Kingdom ) menjalani hidup mereka yang hedonis disertai kuasa yang tak terbatas dengan memanfaatkan keyakinan serta tenaga kerja dari para petani. Yang paling ditakuti dari semua Pharaoh yang sangat berkuasa ( yang dianggap sebagai penjelmaan dari dewa Horus ) adalah : Kematian. Monumen-monumen mereka yang paling mengagumkan umumnya adalah untuk melambangkan usaha mereka untuk melawan musuh yang tak terkalahkan ini. Dua generasi setelah Piramid pertama dibangun di Saqqara. Pharaoh mengumpulkan para arsitek unggulan serta lebih dari 10.000 tenaga kerja untuk membangun Piramida yang klasik dan indah. Pada saat itu dimana di Cina pun baru bangkit dari abad batu, Mesir telah menemukan cara menulis dan kertas Papirus yang banyak mencatat tentang Ekonomi Nasional mereka, perdagangan dengan Kanaan dan Libanon, pencatatan tentang 8 dinasti dari Pharaoh, serta struktur dari monumen kemanusiaan yang mengagumkan.
Kekuasaan mutlak dari para Pharaoh mulai berkurang pada saat mulai memasuki abad ke 20 SM, dimana mulai berakhirnya kerajaan lama ( Old Kingdom ) seiring dengan bertumbuhnya kekuasaan dari para Gubernur lokal. Perpecahan yang kian meningkat diperburuk oleh masa kekeringan yang panjang, kepailitan serta kematian dari Pepi II, yang mengakhiri kekuasaan Pharaoh tersebut. Setelah seabad dilanda dengan permusuhan, kelaparan serta kekacauan, Ratu dari Thebes menaklukkan serta menyatukan kembali seluruh kerajaan. Mentuhotep II dari Thebes menjadi Pharaoh pertama dalam dinasti ke 11, dan mendirikan Kerajaan Tengah ( Middle Kingdom, 2040-1786 SM ).
Ibukota Thebes menjadi pusat dari Penjaga Ketertiban Negara yang Teokrasi. Pendeta tinggi Matahari ( yang menjelma pada dewa Amun ) memiliki kekuasaan penuh, dan mengendalikan Pharaoh sendiri. Mesir memodernisasi angkatan bersenjata yang terdahulu, menggunakan senjata dan kereta kuda yang terbuat dari perunggu, dan menyerbu Afrika, Palestina dan Siria. Saat ini, dibawah Kekaisaran yang dipimpin oleh seorang raja yang pejuang, Mesir menguasai seluruh wilayah di Timur Tengah. Perdagangan kayu, minyak zaitun, budak membawa kestabilan dan kemakmuran pada Mesir, walaupun persaingan antara Pharaoh dan Pendeta tinggi dewa Amun kerap kali membawa gangguan. Meskipun prestasi baik didapatkan oleh para pharaoh-pharaoh agresif seperti Thutmosis III dan Ramses II, Kerajaan baru (New Kingdom) perlahan-lahan hancur. Persaingan antara kuil dengan negara dimenangkan oleh Pendeta Amun, dan negara runtuh pada tahun 1075 SM. Mesir bawah dipimpin oleh dinasti yang berpusat di Delta, sedangkan Thebes menjadi pusat Teokrasi Mesir bagian atas.
Dinasti Persia mengganggu kekuasaan Pharaoh dan menanamkan kebencian, meskipun Persia tidak turut campur dalam masalah sosial. Untuk 200 tahun berikutnya Mesir berjuang untuk mengusir Persia, dan mereka berhasil walaupun hanya sesaat.
Ketika Alexander Agung tiba di Mesir ( 332 SM ), dia dianggap sebagai pembebas karena berhasil mengusir Persia dari Mesir. Dia diumumkan sebagai Putra dari Amun dan Pharaoh yang resmi dari Mesir. Setelah kematian Alexander Agung, kerajaan pecah dan kekuasaan diambil alih oleh Panglima tentaranya, Jenderal Ptolemy dan akhirnya menjadi Pharaoh Ptolemy, anak dewa.
Pada tahun 48 SM, Julius Caesar datang ke Mesir dan terperosok atas pesona dari Cleopatra VII, Ratu Mesir. Cleopatra yang sedang menghadapi tantangan dari penuntut tahta yang lain, menerima tawaran untuk beraliansi dengan Caesar walaupun itu mengorbankan keamanannya hingga sampai pada saat pembunuhan terhadap Caesar 4 tahun kemudian di Roma. Mencium bahaya sekaligus kesempatan, Cleopatra berkonspirasi dengan Marc Anthony, salah satu dari 3 calon pengganti Caesar kelak. Namun akhirnya Oktavianus-lah yang berhasil mengambil Kerajaan Roma, dan dengan kejam menghancurkan Dinasti Ptolemy di Mesir pada tahun 30 SM.
Dengan demikian berakhirlah Dinasti Pharaoh di Mesir.